This an update! Yeay! First of all, i would like to say sorry to everyone who waits this story to be done as fast as the author's can. But, the fact is i have a lot of things to do since i'm the freshman on uni this year.
So, yeah i'm back! I would try to write the story as long as i can, oh! And also i would try to make it more complecated and there would be so many cliffhangers! Be ready! Enjoy the story :)
Warm regards,
Horanstarbux***
2 months later.
Indonesia, October 2015. Sudah lama aku tak berhubungan dengn Harry. Kedua orang tua ku memblokir semua jaringan telepon agar aku tak bisa menghubungi Harry. Mereka juga menyewa para bodyguard yang siap sedia mengantarkanku kemanapun aku pergi. Aku tak tahu apa yang sedang Harry lakukan. Dimana ia berada. Bahkan perkembangan karir bermusiknya pun aku tidak tahu. Orang tua ku juga melarangku untuk menonton televisi dengan alasan yang jelas. Hidupku bahkan seperti pasrah dan tak punya tujuan. Aku hanya berharap suatu saat Harry bisa menghubungiku bagaimanapun caranya.
Aku kembali terdiam menatap desiran angin yang berlalu dihadapan wajahku. Secara tiba-tiba pintu kamarku terbuka.
"Fris?"
Tunggu. Sepertinya aku kenal suara ini.
"Brooklyn?! What the fuck are you doing here?!"
Gila. Memang gila rasanya. Demi Tuhan, apa yang sedang seorang Brooklyn Beckham lakukan dirumahku. Dan bagaimana ia bisa tau rumahku?!
"Chill. Aku dan Ayahku sedang melakukan tour di Indonesia. Ayahmu adalah CEO tour kami. Well, aku rasa kau tau itu. And yeah, ayahmu mengundang aku dan ayahku ke rumahmu. When i knew its your home, aku berinisiatif mengunjungimu. Ayahmu bilang kau ada diatas, jadi aku keatas saja. Sorry for being so rude."
"No, its okay really. Masuklah, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu."
Dengan itu, Brooklyn pun masuk ke kamarku dan duduk tepat di sampingku dengan memandang jendela.
Aku pun menghela nafas panjang.
"Its been two months aku meninggalkan Harry tanpa kabar. Aku tak tau apa yang ia lakukan. Ia sedang dimana. Bersama siapa. Bahkan, semua aksesku yang bisa berhubungan dengan Harry benar-benar diputus oleh kedua orang tuaku. Aku pun tak pernah menonton televisi. I just- kind of missing him, Brooks."
Air mata kembali membasahi kedua pipiku. Brooklyn merekatkan pelukannya. Mencoba menghapus air mataku dan mencoba menenangkanku.
"This. This is my phone. Go try to call him."
"Are- are you serious?"
Ia hanya tersenyum dan mengangguk. Aku pun mengambil handphonenya dan mencoba mengetik nomor Harry. Aku berharap ia bisa menjawab teleponku.
Nada dering pertama.
Nada dering kedua.
Nada dering ketiga.
Hingga akhirnya tepat pada nada dering keenam Harry baru mengangkat teleponku.
"Hallo?"
"Harry?"
"Who is this? .....Babe wait i should answer this call. Okay?"
"Babe?"
"Hallo? Hallo? Hal-"
Aku terpatung dengan masih menggenggam handphone milik Brooklyn. Air mata kembali membasahi pipiku. Aku semakin tak bisa menahan rasa sedihku. Seakan tersusuk beribu pisau belati.
Dadaku tercekat. Apa Harry sudah bisa melupakanku?
Brooklyn semakin mengeratkan pelukannya. Mencoba mengambil handphonenya yang masih berada di genggaman tanganku.
Aku benar-benar menangis tersedu-sedu di bahu Brooklyn.
Ia kembali menenangkanku dan mengecup puncak kepalaku.
"Menangislah jika memang kau membutuhkannya. My soulders are ready as a place for you to cry for." Jelasnya.
Mengapa disaat seperti inilah bukan Harry yang ada disampingku? Melainkan Brooklyn.
Copyright ©2015, All Rights Reserved.
***
Hi everyone. I'm sorry, i've been busy lately because all the uni's things. Thankyou for all your supports. Hope you guys like it :)
PLEASE LEAVE ANY COMMENTS ABOUT YOUR FANGIRL MOMMENT ON THIS CHAPTER. ITS REALLY MEANS A LOT ;)
And please even you are SILENT READERS,
At least vote my works :)THANKYOU!
Love,
Horanstarbux
![](https://img.wattpad.com/cover/25661903-288-k547882.jpg)
YOU ARE READING
Directioner Book 1 [COMPLETE]
FanfictionIni bukan tentang aku dan kamu. Ini bukan tentang kita. Ini tentang Directioners dan One Direction. Ini tentang fans dan idolanya. Ini bukan tentang cinta tak terbalaskan. Ini tentang penantian. Ini tentang dedikasi. Ini tentang kesetiaan. Bagaimana...