London. Hujan yang turun begitu derasnya sekarang telah berhenti tanpa tersisa setitik air pun. Aku telah mendapatkannya kembali. Aku tak akan pernah melepaskannya sampai kapanpun. Aku mendekapnya kali ini dan akan terus seperti itu sampai kapanpun. Gadis yang selama ini menjadi penggermar fanitikku, dia lah yang sebenernya takdir kisah cintaku. Pemberhentian terakhir hatiku. Aku tak peduli keadaan tubuhku yang basah kuyup ataupun aku akan sakit karena kehujanan nantinya. Asalkan dia yang merawatku. Aku tak butuh apapun lagi selain dia. Dia lebih dari cukup.
"Harry cepat ganti bajumu. Aku akan membuatkanmu bubur dan cokelat hangat." Katanya dengan suara yang begitu parau. Aku yakin dia sangat khawatir kali ini.
Aku tersenyum dan tetap memandangnya dari sofa. Sesampai kami di apartement milikku, ia langsung menyibukkan dirinya didalam dapur. Inilah sebabnya aku tak salah memilih pasangan hidupku.
Frisca. Nama itu yang akan terus ada dan terus terukir jelas didalam hati dan fikiranku. My fiancé. I like the sound of that words. Its kinda fit on her. Dia satu-satunya wanita yang mampu membuka mataku dan menatap dunia bahwa aku berharga. Dia satu-satunya wanita yang sangat persis seperti ibuku. Sosok ke ibuannya, kecintaannya pada anak-anak, membuatku semakin jatuh cinta kepadanya. Aku mencintainya dengan apa adanya dia. Aku tak peduli siapa dia atau apa latar belakang dirinya. Yang aku tahu, aku mencintai dia dengan sepenuh jiwaku. Aku bahkan bangga memiliki calon istri yang dulunya adalah penggemar beratku. Kau tau, merekalah yang sangat mengerti diriku. Sebab itu, aku yakin dengan pilihanku. Dia lah pemberhentian terakhir hatiku.
Aku pun beranjak dari sofa dan menghampirinya menuju dapur. Dia bahkan belum mengganti bajunya masih memakai dress yang sangat indah dan langsung memasak makanan untukku. She is flawless the way she is. Keantikan yang ia perlihatkan pada dunia, bukan hanya kecantikan wajah yang ia miliki, tapi kecantikan hati yang tak tertandingi.
Aku memeluknya erat dari arah belakang tubuhnya. Aku bisa merasakan aroma buah stawberry yang menyegarkan dari rambutnya. Aku menenggelamkan wajahku di bahunya. Sesekali aku menciumi setiap inci dari tubuhnya. Ia pun akhirnya membalikkan tubuhnya menghadapku.
Menatapku dengan keindahan matanya yang berwarna cokelat. Menerawang setiap sudut retina mataku. Senyuman itu terus terukir jelas di bibirnya. Ia pun mengelus lembut pipiku. Mengecup bibirku cukup cepat. Membuatku tersenyum dengan penuh kedamaian.
"Harry my fiancé, aku mohon cepat ganti bajumu. I don't wanna you catch a cold. Please?" Katanya dengan nada suara yang sangat lembut membuatku luluh pada setiap kata yang ia katakan.
"Alright. But with one condition?" Jawabku penuh kejailan.
"What's that?"
"This."
Aku mengangkat tubuhnya hingga ia duduk di atas island bar table. Aku pun mengangkat kedua tangannya dan meletakkan di pundakku, membuatnya melingkarkan tangannya di leherku. Aku menatapnya penuh lekat. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Hidung kami pun bersentuhan.
Aku mamppu merasakan hangat deru nafasnya. Aku mengelus lebut pipinya dan mencium bibirnya yang menggoda. Ia pun menutup kedua matanya dan mengikuti irama bibir kami berada. Aku mampu merasakan manisnya scent strawberry dari lipstick yang ia gunakan. Aku sungguh tak sabar untuk menikahinya. Untuk membuatnya jadi milikku selamanya. Aku sungguh tak sabar untuk memiliki keluarga kecil bersamanya. Meneceritakan kepada anak-anak kami, bahwa daddy mu ini jatuh cinta pada penggemarnya sendiri. Its gonna be an epic story.
YOU ARE READING
Directioner Book 1 [COMPLETE]
FanfictionIni bukan tentang aku dan kamu. Ini bukan tentang kita. Ini tentang Directioners dan One Direction. Ini tentang fans dan idolanya. Ini bukan tentang cinta tak terbalaskan. Ini tentang penantian. Ini tentang dedikasi. Ini tentang kesetiaan. Bagaimana...