Chapter 1 | Kepemilikan

867 32 2
                                    

Apakah ada yang membaca ceritaku ini? 👀 Huhu aku sangat berharap demikian..

Tolong tandai typo dan bantu ramaikan cerita She's mine ini. Terima kasih

Tekan vote jangan lupa 🌟

Happy reading 😽

★☆★

"Daddy!"

Pria bertubuh kekar dengan usia yang telah menginjak kepala tiga itu sontak mengalihkan atensinya dari berkas-berkas penting yang menumpuk di hadapannya kearah pintu masuk ruang kerja.

Pria itu nampak sedikit menurunkan letak kacamata kerjanya sebelum mengisyaratkan sang anak untuk mendekat.

"Ada apa, son?" tanya pria itu kepada anak laki-laki yang akan menjadi penerusnya kelak.

"Aku menginginkan gadis ini, Dad." pinta anak laki-laki itu kepada sang Daddy dengan menunjukkan selembar foto polaroid gadis kecil berhijab yang tengah tersenyum manis kearah kamera.

"Siapa gadis kecil itu?" Bukan menjawab keinginan putranya, pria berusia kepala tiga itu malah bertanya dengan alis terangkat satu.

Anak laki-laki itu menggeram kecil. "She's my girl." Klaim anak itu penuh kepemilikan.

Anak itu kembali menggeram, melihat reaksi sang Daddy yang ingin melayangkan pertanyaan untuknya kembali. "Come on Dad, kau hanya perlu membuat gadis kecil itu menjadi milikku. Tidak perlu bertanya lebih jauh tentangnya." selanya dengan nada tak suka.

Daddy menatap bingung kearah sang anak. Lantas dia berdehem, menetralkan raut wajahnya. "Mengapa harus Daddy?"

Anak laki-laki itu berdecak dan menatap sinis sang Daddy. "Karena Dad bisa. Dad memiliki kekuasaan."

Benar. Siapa yang tidak mengenal Austin Caldwell Griffin, seorang pengusaha ternama dari Italia yang memiliki pengaruh besar di benua Eropa, dan saat ini dia sedang meluaskan kembali usahanya ke berbagai negara di benua Asia.

Austin adalah sosok pria dewasa yang tepat dua tahun lalu baru saja menyandang status duda beranak satu. Camela—sang istri tewas akibat kecelakaan pesawat. Dan tahun ini Austin baru saja menginjak usia 34 tahun.

Definisi duda tampan kaya raya sangat cocok disandang oleh Austin Caldwell.

Austin menghela nafas, sambil memijit keningnya sejenak. "Listen to me, son. Daddy akui Daddy memiliki kekuasaan, tetapi coba kau pikirkan jika suatu saat gadismu lari karena tidak mau bersamamu yang selalu mengandalkan kekuasaan. Apa kau tidak takut, hm?"

Anak laki-laki itu termenung, memikirkan perkataan sang Daddy yang ada benarnya.

Austin menghela nafas lagi. Dia melepaskan kacamatanya, lalu bangkit menghampiri sang anak. "Please don't repeat the mistakes I've made in the past. Your mother will be hurt to see it." pintanya sembari berjongkok, menyamakan tinggi sang anak. (Tolong jangan ulangi kesalahan yang saya buat di masa lalu. Ibumu akan terluka melihatnya).

"Daddy hanya tidak ingin kau bernasib seperti Daddy." ujar Austin sambil merapihkan beberapa helai rambut anak laki-laki itu. Mencoba memberi pengertian kepada putranya.

She's Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang