Chapter 5| Penolakan

261 12 2
                                    

Twelve years later 📍
.
.
.

Kring..kringg .. (Bel istirahat berbunyi)

Ketika bel istirahat berbunyi, seharusnya siswa-siswi SMA Taruna mulai berbondong-bondong pergi ke kantin untuk sekedar mengisi perut atapun sekedar mengistirahatkan pikiran dari pelajaran untuk sejenak. Ya, seharusnya.

Tapi ketika mereka ingin pergi ke kantin, di tengah perjalanan langkah mereka terpaksa terhenti di lorong sekolah—akses menuju kantin yang sering dilewati, ketika melihat kejadian tidak terduga di tengah-tengah lorong. Menghalangi langkah mereka.

"Kak Yudha a-aku mau ngomong,"

Cicitan seorang siswi membuat langkah empat siswa berseragam sama terhenti. Keempatnya berbaris ke samping, menutupi akses lorong.

"A-aku suka kakak,"

Decihan terdengar dari salah satu diantara keempat pria ketika gadis yang memberhentikan langkahnya dan ketiga temannya itu mengutarakan rasa suka kepadanya.

Dia adalah Prayudha Agraris, siswa yang memiliki ketampanan dan kecerdasan mendekati kata sempurna. Selalu membawa segudang prestasi di sekolah dari berbagai ajang olimpiade akademik dan dibangga-banggakan para guru, membuat Yudha menjadi tinggi hati dan bersikap semaunya sendiri.

"Lo, suka gue?" Yudha menatap tidak percaya gadis berhijab dengan kursi roda itu. Berkali-kali dia meneliti gadis berkursi roda itu dari atas sampai ke bawah, tidak ada yang istimewa sama sekali. Lebih cantik Saskia.

Gadis berhijab dengan kursi roda di hadapan Yudha dan ketiga temannya mengangguk antusias.

Yudha terkekeh, mendorong pelan kursi roda gadis itu menggunakan ujung jari kakinya. "Gak usah kebanyakan halu dek. Gue terlalu sempurna buat lo yang---cacat," ujarnya dengan tatapan mengejek.

Gadis itu hanya tersenyum menanggapi, dia sama sekali tidak marah dengan pernyataan yang baru saja Yudha katakan.

"Aku gak halu. Aku suka kakak, Aku jujur karena gak mau nyimpen rasa terlalu lama. Sebenernya gak apa sih aku suka dalam diam, tapi aku inget kuga Hadits Rasulullah yang menjelaskan kalau kita suka seseorang kita harus secepatnya ungkapkan sebelum terlambat. Siapa tau kalau aku udah mengungkapkan, Allah ada rencana lagi selanjutnya.”

Kali ini bukan hanya terkekeh. Yudha sekaligus ketiga temannya tertawa terpingkal-pingkal. Seolah kalimat yang dilontarkan barusan itu hanya sebuah lelucon semata.

Melirik nametag gadis itu sekilas. Yudha menggeleng tak habis pikir. "Edrea, Edrea," 

"Lo kalo halu gausah ketinggian. Wajar sih kalo lo ada rasa suka sama gue, secara gue makhluk yang hampir sempurna. But, kalo di sandingi sama gadis sok alim kaya lo--

"Mirip majikan sama babu!" serobot ketiga teman Yudha bersamaan. Lalu tertawa dan saling bertos ria satu sama lain, bahkan, Yudha juga ikut bertos ria bersama teman-temannya—mengabaikan sakit hati yang dirasakan Edrea akibat perlakuan mereka.

“Ralat, lagian kalo udah bersanding nantinya kak Yudha bakal diceramahin mulu kalau ngelakuin kesalahan loh.” Celetuk salah satu siswi

“Iya bener, udah gitu suka mengatasnamakan hadits, dalil, dll. Halah sok suci, fanatik agama, sok paling bener.” Sambung siswi lainnya

Siswa-siswi yang langkahnya terpaksa terhenti tidak jauh dari sana, sebagian besar siswa laki-laki jengkel dengan sikap Yudha dan teman-temannya. Mereka marah melihat perlakuan yang dilakukan Yudha juga teman-temannya kepada Edrea.

She's Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang