Chapter 3 | Kakak Tampan

454 19 1
                                    

Assalamualaikum! 😍

Kalau ada typo tolong tandai ya. Sekalian ramein kolom komentar juga boleh 🤭

★☆★

"H-hai,"

Suara gugup dari seorang bocah berpenampilan lusuh mampu membuat Edrea kecil yang sedang duduk di bangku taman mengalihkan pandangannya ke samping-tepat di tempat bocah yang menyapanya itu berdiri.

"Hai juga kakak tampan." sapa Edrea kecil dengan ramah.

Telinga bocah itu tampak memerah samar. Tampan, kata yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari detak jantung normal.

Berdehem kecil, berusaha menetralkan raut wajahnya. Bocah itu menyodorkan barang jualannya kearah Edrea kecil. Barang jualan itu berisi snack mahal dan susu kotak rasa strawberry yang sengaja dia beli untuk gadisnya. "Kamu...mau beli j-jualanku?" tawarnya ragu. Aksen british tak pernah lepas dari nada suaranya, meskipun bocah itu sudah mencoba melafalkan bahasa Indonesia dengan benar.

Edrea kecil nampak menimang sejenak sebelum menggelengkan kepalanya. "Aku sudah membeli ail ini sama kakak tampan sebelumnya." kata Edrea kecil sembari memperlihatkan dua air botol yang dia beli bersama Bundanya tadi.

Omong-omong tentang sang Bunda, Edrea kecil jadi menengokkan kepala ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan beliau. Tadi, sang Bunda pamit kepadanya untuk pergi ke toilet umum sebentar. Dan Edrea disuruh menunggu di sini sampai sang Bunda selesai dengan urusannya di toilet. Namun lima menit telah berlalu, sang Bunda belum juga menampakkan batang hidungnya.

Bocah itu tampak memperlihatkan raut sedihnya mendengar penolakan halus yang diucapkan gadisnya. "Ini buat kamu." katanya pelan sembari meletakkan barang jualannya di bangku taman--tepat di sisi Edrea kecil duduk. Selain sedih, bocah itu juga merasa jengkel ketika gadisnya memuji laki-laki lain.

Di dalam keranjang berisi jajanan, bocah itu sengaja meletakkan surat yang sudah dibuatnya kemarin. Semoga saja gadis kecil itu membacanya.

Edrea kecil kembali mengalihkan pandangannya kearah bocah laki-laki yang baru saja meletakkan barang jualannya itu. "Edlea tidak punya uang untuk membayalnya, kakak." akunya lugu.

Tersenyum tipis, bocah laki-laki itu mengusap pelan rambut pendek Edrea. "Gratis." Setelahnya, bocah itu mulai melangkah keluar dari area taman. Tanpa menoleh ke belakang, mengabaikan tatapan polos dari gadisnya.

"Kakak itu kenapa?" tanya Edrea bingung. "Tapi kakak itu baik. Edlea jadi dapat jajan banyak-banyak." lanjutnya berseru senang seraya memeluk keranjang jajan di sampingnya dengan erat. Takut nanti ada yang mengambil.

***

"Dad kapan kita berangkat?"

Austin menatap putranya bingung. "Bukannya kemarin kamu meminta untuk menunda jam berangkat kita, son." ingat Austin kepada putranya itu.

Menyengir lucu, anak itu berlari memeluk Austin erat. Tak lama isakan kecil terdengar di dalam ruangan. "Gadisku memuji pria lain Dad. Aku tidak suka." adunya sambil menyembunyikan tangisnya di balik dada bidang sang Daddy.

Austin terkekeh, dia menepuk rambut anaknya sayang. "Anak Dad ceritanya lagi cemburu, hm?" tanya Austin dengan jahil.

Menggeleng ribut, dia melepas pelukannya. Anak itu mendongak dengan wajah kesal dan sembabnya, tidak terima dengan kata cemburu yang diucapkan sang Daddy tadi. "Aku tidak cemburu Dad. Aku hanya tidak suka." pungkasnya membenarkan.

She's Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang