"Do not disturb if you do not want to be disturbed."
***
"Halo?"
"Apa ada orang di sini?"
Edrea terus bersuara sambil mendorong kursi rodanya sendiri agar bisa bergerak maju, menelusuri rak-rak buku tinggi di dalam perpustakaan SMA Taruna.
Hening. Tidak ada suara apapun, selain suara pendingin ruangan yang menyala.
Edrea menatap sekeliling dengan waspada. "Tolong jangan jahil ya!"
Tap..Tap...Tap.. (Suara langkah kaki)
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat. Edrea sontak memutar kursi rodanya ke belakang. Tapi saat dirinya sudah berbalik, di sana kosong, tidak ada siapa-siapa.
Namun tiba-tiba, sebuah suara berat seseorang itu kembali mengejutkannya.
"Oh ternyata lo orangnya,"
Hampir saja Edrea terjengkang dari kursi rodanya, ketika sosok pria bertatto dengan wajah bantal khas orang bangun tidur tiba-tiba muncul dari balik rak buku bagian pojok. Siapa dia?
"I-iya," Edrea mengangguk dengan gerakan patah-patah. Penampilan cowok itu benar-benar terlihat menyeramkan dan seperti preman.
Kaos hitam dan celana seragam membalut tubuh pria itu, dengan seragam putih yang sudah terlepas, berada di pundaknya. Ditambah, anting yang terpasang di salah satu telinganya dan juga berbagai ukiran tatto yang memenuhi kedua tangan.
Pria itu terlihat menyandarkan tubuhnya pada rak buku di belakang. Dia menatap Edrea dengan tatapan yang sulit diartikan. "Nama lo?"
"Hah?" Edrea tidak mengerti. Kenapa namanya yang ditanya?
Memutar bola mata malas. Pria bertatto itu berdecak kecil. "Ck. Nama lo, buruan!"
Hah, oh namanya. "Oh, saya Edrea k-kak." jawab Edrea gugup.
Hening. Tidak ada balasan lagi yang keluar dari pria itu.
Edrea mencoba menatap pria itu dengan takut-takut. Kerutan bingung nampak jelas di raut wajahnya setelah melihat ekspresi pria itu. Aneh, kenapa pria menyeramkan itu tiba-tiba terlihat mematung sekilas.
"Nama lengkap lo?"
Meremas rok canggung, Edrea semakin bingung dibuatnya. "Hah, kenapa ya kak?"
"Gue bilang nama lengkap lo, budek!" ujar pria itu galak.
Edrea menunduk takut, dia meremas rok seragamnya semakin erat guna mengurangi rasa takutnya pada pria itu. "Geisha Edrea, kak."
"Not her."
Edrea semakin dibuat bingung ketika mendengar suara samar-samar dari bibir pria menyeramkan itu. Apa yang bukan dia, dan apa hubungannya dengan nama lengkapnya.
"Kalo lo siapa kak?"
Pria itu mengangkat sebelah alisnya, dia pikir gadis itu tidak berani bertanya kepadanya. Tapi ternyata salah, gadis itu berani bertanya meskipun terdengar seperti cicitan tikus di pendengaran.
"Gue Elland."
***
Elland berjalan santai di lorong panjang sekolah dengan telinga yang tersumpal sepasang earphone.
Sepanjang jalan Elland melangkah, netra hitamnya terus menatap lurus ke depan dengan mulut yang beberapa kali menggumamkan alunan lirik lagu lawas yang menjadi favoritnya. Tapi, ketika langkahnya tiba di lorong yang jarang dilewati siswa-siswi SMA Taruna, Elland menghentikan langkahnya. Matanya memicing saat empat orang siswa berpenampilan sangat rapih berjalan berlawanan arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Mine
Random"Aku menginginkan gadis ini, Dad." pinta anak laki-laki itu kepada sang Daddy dengan menunjukkan selembar foto polaroid gadis kecil berhijab yang tengah tersenyum manis kearah kamera. "Siapa gadis kecil itu?" Bukan menjawab keinginan putranya, pria...