"Tuan muda, Tuan Griffin berpesan agar Anda segera menyiapkan beberapa barang yang akan Anda bawa nanti. Beliau juga berpesan supaya Anda--
"Bacot Brayen!"
Brayen melotot kaget. Hampir saja dia terjengkang ke belakang karena sentakan anak itu. Ditambah dengan kata gaul yang diucapkan tuan mudanya itu untuknya.
"Tuan muda belajar dari mana kata-kata itu?" Brayen bertanya takut. Takut-takut dirinya kenak sentakan sinis itu lagi.
Memutar bola mata malas, Luca mengeluarkan kamus tebal berjudul 'Kata Gaul dalam Bahasa Indonesia' yang tak sengaja ditemukannya di gudang villa. "Ak--Gue tau dari sini. Kalau lo mau juga, nanti gue kasih." jawabnya dengan tengil.
Brayen mendelik. "Ni bocah tau dikit doang songongnya minta ditampol," gerutu Brayen pelan.
"Songong?"
Brayen gelagapan ketika Luca ternyata mendengar gerutuannya. Padahal tadi dia yakin betul udah ngomong sepelan mungkin. "Artinya pintar Tuan muda." koreksi Brayen cepat.
"Lalu kenapa kau ingin memukulku Brayen? Apa kau tidak terima jika aku lebih pintar dibanding dirimu yang bodoh itu?!"
Tersenyum kaku, Brayen menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Maksud saya--
Baru saja ingin menjelaskan, Luca langsung menyelanya. "Lo banyak bacot, Brayen."
***
"Kiw duren sawit."
Austin memberhentikan langkahnya ketika suara Luca memanggilnya dengan panggilan asing dan aneh.
"Ada apa, son?" tanya Austin dengan alis terangkat.
Luca menggeleng lugu. "Tidak ada Dad."
Austin membulatkan bibir berkata oh. Dia kembali memikirkan arti panggilan dari putranya tadi. Terdengar menggelikan dan aneh bersamaan. "Duren sawit? Dad baru mendengar panggilan itu. Apa itu semacam panggilan spesial darimu, hm?" tanyanya penasaran.
Luca menggeleng kedua kalinya, dia tidak setuju dengan pernyataan pede Austin. "Not really, Dad." Memang pada nyatanya itu bukan panggilan spesial, hanya panggilan yang tidak sengaja dia temukan di buku penemuannya. Dan menurutnya itu cocok untuk gelar sang Daddy. Duren sawit.
"Aku hanya mencoba panggilan baru dari kamus ini Dad." Luca menunjukkan kamus tebal di tangannya kepada Austin.
Austin mengangguk-angguk mengerti. Jujur saja, hatinya menjerit ingin dibuatkan panggilan spesial dari putranya itu.
Luca berdecak, mengapa sang Daddy belum juga terlihat penasaran dengan arti ucapannya. "Dad tidak penasaran dengan artinya?"
Austin tersadar dari lamunan singkatnya. Dia menggeleng dan menganggukkan kepala. "Apa artinya?" Jujur saja Austin tidak terlalu penasaran. Tetapi melihat binar antusias di mata putranya, jadinya dia berpura-pura terlihat penasaran saja.
"Duda keren sarang duit." jawab Luca dengan cengirannya.
Austin seketika mendatarkan ekspresi wajah. Memang dia akui dia duda, tapi jangan diucap ulang juga kali.
"Meski duda seperti ini yang penting Dad keren dan kaya asal kamu tahu" sombongnya sambil menggulung lengan kemeja putih yang dikenakannya hingga batas siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Mine
Random"Aku menginginkan gadis ini, Dad." pinta anak laki-laki itu kepada sang Daddy dengan menunjukkan selembar foto polaroid gadis kecil berhijab yang tengah tersenyum manis kearah kamera. "Siapa gadis kecil itu?" Bukan menjawab keinginan putranya, pria...