Brak' "jawab!" Bentak Tio sambil mengebrak meja.
Takut, Shani menunduk lalu menggelengkan kepalanya.
"Terus ini apa?" tanya Tio saat melemparkan sebuah amplop berwarna putih ke atas meja.
Shani terkejut bukan main, karna ia tau persis apa isi dari amplop itu.
"Kamu jelasin ini sekarang juga!" titah Tio.
"Kamu tuli? Saya minta kamu jelasin semua ini," kata Tio dengan suara yang kembali meninggi.
"Maaf," lirih Shani.
"Jadi semua yang tertulis disurat itu bener? Kamu hamil, iya?" tanya Tio memastikan.
Dengan masih menunduk Shani pun mengangguk pelan, setelah mendapat jawaban tersebut seketika itu pula Tio langsung membuang nafas kasar.
"Siapa ayahnya? Siapa laki laki yang udah lakuin ini sama kamu?" Tanya Tio.
Tak kunjung mendapat jawaban membuat emosi Tio kian meluap, "Jawab saya!" Bentaknya namun Shani masih enggan untuk membuka suaranya.
"Kenapa diem? Owh, saking banyaknya laki laki yang udah nidurin kamu, sampai sampai kamu gak tau siapa ayah dari anak yang kamu kandung. Iya, gitu?" Ucap Tio yang emosinya semakin memuncak.
"Cukup, Mas! Shani bukan perempuan seperti itu." Bantah Ve yang tidak terima dengan perkataan suaminya itu.
"Lantas anak kamu ini perempuan seperti apa, hah? Kalo memang dia perempuan baik baik, dia gak akan ngelakauin hal bodoh seperti ini. Tidur dengan laki laki yang entah siapa dan entah berapa jumlahnya, sampai apa? Sampai dia hamil."
"Semua orang pernah ngelakuin kesalahan, Mas."
"Tapi gak sebesar kesalahan dia. Delapan belas tahun saya mendidik dia, mengajarkan tentang mana yang baik dan yang buruk. Tapi lihat, dia berkelakuan seperti tidak pernah dididik, memalukan, aib keluarga." Cerca Tio habis habisan.
Melihat kedua orang tuanya yang tengah berdebat, Shani akhirnya berlutut tepat di depan kaki Tio. "Yah, aku minta maaf. Aku gak tau kalo semuanya bakal kaya gini, ak- aku..." Shani mencoba untuk menjelaskan tapi perkataan langsung dipotong oleh Tio.
"Cukup. Saya gak mau denger penjelasan apa apalagi, lebih baik sekarang kamu keluar dari rumah ini," ucap Tio yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Mas?" Veranda benar - benar tidak percaya dengan apa yang sudah suaminya itu katakan.
Shani menggeleng sambil menagis. "Ngga, aku gak mau. Aku cuma mau disini sama ayah sama bunda."
"Jangan panggil saya ayah, karna mulai hari ini kamu bukan anak saya lagi. Jadi silahkan angkat kaki kamu dari rumah saya," Tio berkata dengan angkuh, tapi Shani sama sekali tak bergeming.
"Mas! kamu ga bisa dong ambil keputusan secara sepihak, bahkan kita belum denger penjelasan..." kini perkataan Ve juga langsung dipotong oleh Tio yang sudah teguh pendiriian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dad
FanficHamil saat masih duduk dibangku sekolah menengah bukanlah hal yang mudah, begitupun yang Shani alami Ketika kehidupan dan pikirannya benar benar kalut, tuhan mengirimkan ia seorang mailakat pelindung, sosok yang selalu ada untuknya, menuruti semua k...