Shani terbangun dari tidurnya saat jam menunjukkan pukul 7 pagi. Ia melirik ke sebelahnya tapi sosok Gracia sudah tak ada, bahkan setelah mengedarkan pandang ke penjuru ruang, dirinya ternyata memang sendirian. Sepertinya Gracia sudah bangun lebih dulu dari pada dirinya.
Dirinya memutuskan turun dari ranjang dan mengarahkan langkahnya menuju kamar mandi milik Gracia.
Beberapa menit berlalu, kini Shani sudah selesai dan tengah melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar.
Saat dirinya sudah berada tepat di depan pintu, ditariklah handdle pintu tersebut, begitu pintu terbuka ternyata sosok Gracia tengah berada tepat di hadapannya dengan sebuah nampan ditangannya.
"Eh, udah bangun?" Tanya Gracia, Shani mengangguk sambil tersenyum.
Tapi kemudian Gracia mengerutkan keningnya, "muka kamu kok pucet?" tanya Gracia kemudian meletakan punggung tangannya pada dahi Shani.
"Panas. Kamu sakit?"
"Ngga, aku ga papa," ucap Shani.
"Tapi kamu demam, Shan," ucap Gracia sambil menuntun Shani agar kembali masuk ke dalam kamar.
"Kita ke dokter ya." Tawar Gracia.
Shani menghentikan langkahnya dan menatap Gracia, "aku ga papa, Gracia," ucapnya berusahan meyakinkan gadis yang berada di hadapannya agar tidak membawa dirinya pergi ke dokter.
Gracia menghela nafas, "ya udah kalo kamu ga mau ke dokter," ucapnya sambil meletakan nampan yang sedari tadi ia bawa ke atas laci di samping ranjangnya.
Gracia mengarahkan Shani untuk duduk di tepi ranjang. "Kamu duduk, sarapan dulu ya." Shani menuruti perkataannya.
Diambilnya kembali nampan yang sempat ia letakan itu. Nampan yang berisi seporsi nasi dengan sup lobak, wortel dan ayam sebagai lauknya. Tak lupa dua gelas yang terdiri dari satu gelas air putih dan satunya lagi diisi dengan susu.
Gracia mulai menyendok menu sarapan tersebut, kemudian mengisyaratkan agar Shani membuka mulutnya.
"Aku bisa sendiri," ucap Shani sambil berusaha merebut sendok yang berada ditangan Gracia.
"Het, kamu lagi sakit."
"Tapi-"
"Udah ga papa, ini biar kamu cepet sembuh."
Akhirnya seporsi sarapan tadi sudah berhasil Shani habiskan. Kemudian Gracia serahkan segelas air putih yang berada dinampan pada Shani. Sedangkan gelas yang berisi air susu ia letakan kembali ke atas laci.
"Susunya jangan di minum dulu ya," ucap Gracia, Shani mengangguk.
"Gimana keadaan Shani sekarang?" Tanya Kennan ketika melihat Gracia yang datang dan langsung duduk tepat di sampingnya.
"Dia demam," jawab Gracia.
"Kenapa ga kamu bawa ke dokter?" Tanya Kennan.
"Shani ga mau. Tapi udah aku kasih obat penurun panas, sekarang dia lagi istirahat," jelas Gracia
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dad
FanfictionHamil saat masih duduk dibangku sekolah menengah bukanlah hal yang mudah, begitupun yang Shani alami Ketika kehidupan dan pikirannya benar benar kalut, tuhan mengirimkan ia seorang mailakat pelindung, sosok yang selalu ada untuknya, menuruti semua k...