Cara yang sama, rutinitas yang sama. Pete membuka matanya dari meditasi singkat yang dia lakukan, merasakan sakit di ulu hatinya, dan kemudian disodorkan sebuah cairan berwarna kuning oleh Empress Nam. Pete menghela nafasnya pelan lalu meraih cairan didalam cangkir porselen tersebut kemudian menyesapnya habis.
"Kamu mempunyai pilihan tapi kamu tidak mengambilnya." Empress Nam membuka mulutnya dan mengucapkan kalimat tersebut dengan nada yang sulit diterjemahkan oleh Pete. Entah memarahinya, entah sinis, atau entah memiliki emosi lain. Pete juga tidak pernah benar-benar memahami apa intensi dibalik setiap perlakuan Empress Nam padanya.
"Sudah kubilang kamu tinggal mengatakan 'ya' dan semuanya akan lebih mudah." Pete masih diam, tidak merespon dan sibuk menekan ulu hatinya dengan keras "Kalau kamu terus keras kepala seperti ini, jangan harap kamu bisa menikahi Prince Vegas. Aku pun tidak bisa membantumu."
Pete masih diam dalam pikirannya sendiri. Saat ini, bahkan ancaman seperti itupun rasanya kurang untuk membuatnya menuruti saran Empress Nam untuk mencari tentang keluarga aslinya. Dia terlalu takut untuk hal tersebut, terlalu pengecut untuk mengetahui fakta yang selama ini berusaha dia hindari. 28 tahun usianya, dan hampir selama itu pula dia merasa tidak perlu untuk mengetahui apapun tentang hal itu. Tapi saat ini ketika hal itu diperlukan, tentu akan menjadi cerita yang berbeda.
Meskipun tetap kalau bisa Pete ingin bersikeras bahwa dia tidak butuh untuk mengetahuinya.
"A—" Pete membuka mulutnya dan ingin menanyakan sesuatu yang dia rasa berhubungan dengan semua ini. Namun secepat kilat ia langsung menelannya kembali karena dirinya sendiri belum yakin tentang apa yang dia pikirkan.
"Maaf." Hingga akhirnya hanya itu saja yang bisa diucapkan Pete.
"Jangan hanya ucapkan maaf tapi kerjakan bagianmu, tugasmu hanya memastikan bahwa energi yang kamu miliki cukup untuk mengubah kristal ini menjadi biru sepenuhnya. Temukan core energimu secepatnya kalau kamu memang ingin mendampingi Vegas." Empress Nam berujar tegas dan itu sedikit membuat Pete bergidik ngeri dalam duduknya. Memang aura seorang Empress tidak bisa diabaikan.
"Saya mengerti, Your Majesty." Jawab Pete kemudian berdiri dan menunduk memberi salam kepada Empress Nam sebelum memutuskan untuk melangkah pergi.
"Pete." Namun belum sempat dia mencapai pintu, Empress Nam kembali memanggilnya dan itu membuat Pete menoleh. Meski kemudian yang dia lihat adalah Empress Nam yang diam duduk di tempatnya, tidak menatapnya sama sekali.
"Apa yang aku katakan barusan adalah peringatan." Ucapnya dingin sambil menyesap teh miliknya sendiri "Lakukan apa yang harus kamu lakukan sebelum hal buruk terjadi."
***
"Tuan Pete." Panggil Kla pada Pete yang ternyata sudah menunggunya didepan ruangan Empress Nam bersama dua orang pengawal lainnya. Pelayan itu langsung saja mengulurkan sebuah cardigan berwarna biru dan membantu Pete untuk memasangnya.
Musim dingin sudah dimulai, dan kalau beruntung mungkin dalam waktu beberapa hari kedepan salju sudah akan turun. Jadi memang udara dingin mulai memeluk setiap sudut istana, bersamaan dengan banyak pohon-pohon dan dedaunan yang sudah benar-benar rontok tanpa daun. Belum lagi beberapa genangan air yang mulai membuat lapisan es tipis di permukaannya.
Musim dingin sudah berjalan. Yang artinya, kalau dihitung mungkin sudah sekitar 4 hingga 5 bulan Pete menghabiskan waktu di istana ini. Mempersiapkan diri dan memantaskan diri untuk menjadi calon Empress selanjutnya. Ditengah berbagai tekanan dari semua pihak untuk meminta dia digantikan, ditengah tekanan dari Empress Nam untuk segera membirukan kristal matahari, dan juga ditengah kekhawatirannya sendiri terhadap apa yang harus dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENAY [VegasPete]
FanfictionMusim panas ini The Grand Palace of Bulles sedang mencari calon pendamping untuk Putra Mahkota negeri mereka, Prince Vegas, atas perintah Caesar Gun. Syaratnya sederhana, boleh seorang Omega ataupun Alpha yang masih murni, belum memiliki pasangan, d...