9. Royal Conference

3.6K 567 70
                                    

Semua berjalan begitu cepat. Pagi hari rumor menyebar di seluruh istana setelah para pengawal dan pelayan melihat Pete keluar dari kamar Putra Mahkota mereka dengan feromon yang jelas milik pangeran itu; kemudian siang hari diadakan pertemuan dadakan untuk membahas rumor yang menyebar; dan sore hari di hari yang sama pula, kandidat lain selain Pete langsung dipulangkan dari istana. Begitu cepat, begitu mendadak.

Pete yang sejak pagi tadi tidak memiliki keberanian dan juga muka untuk keluar kamar akhirnya harus termenung sendirian di ruangan tersebut. Dia hanya akan sesekali mendapatkan kabar dari Porsche yang dibawa dari luar, dan kemudian akan duduk melamun lagi. Sedikit merenungi apakah keputusannya sudah tepat.

Pete bahkan juga tidak memiliki keberanian untuk memeriksa ponselnya. Takut kalau-kalau berita tersebut sudah sampai ke luar istana dan media. Kemarin saja saat identitasnya terbongkar, semua sosial media Pete benar-benar penuh dengan komentar dan orang-orang baru yang mengikutinya. Apalagi kalau misal sudah dikonfirmasi dialah calon pendamping King Vegas. Dia bahkan sedikit takut saat mendengar suara notifikasi sederhana, otaknya sudah berpikiran negatif terlebih dulu.

Suara pintu terbuka membuat Pete segera menoleh, berpikir mungkin saja Porsche datang dan membawa kabar baru lagi. Namun yang ditemuinya disana adalah Jin dan Tawan.

Dengan canggung, Pete akhirnya berdiri dari duduknya dan menghampiri mereka berdua. Menyambut Jin yang tersenyum lebar sementara Tawan yang hanya diam saja daritadi.

"Hai Kak, kita mau berpamitan." Kata Jin.

Ah iya, berhubung kandidat lainnya sudah diinstruksikan untuk pulang, maka mereka tentu tidak memiliki alasan lain untuk tetap berada disini.

"Selamat Kak. Aku harap semuanya akan berjalan lancar hingga hari pernikahan kalian. Undang aku yaa." Jin menariknya kedalam pelukan.

Jin adalah temannya yang paling dekat selama seminggu terakhir, yang menerimanya dengan tangan terbuka dan selalu menemaninya selama ini. Dia jadi seperti mendapatkan sosok adik baru.

Pelukan itu terlepas, membuat mereka kembali bertatapan dan membuat Pete bisa melihat dengan jelas ekspresi Jin yang tersenyum lebar. Ekspresi kebebasan, ekspresi kelegaan.

Pete jadi berpikir apakah dia memang sudah menyelamatkan dia?

Pandangan Pete selanjutnya melirik ke arah Tawan yang masih saja diam dan menatapnya. Dan hal ini menyebabkan Pete langsung saja menelan ludahnya secara sekilas. Kalau dipikir-pikir, Tawan ini memang kandidat yang tidak begitu dekat dengan Pete. Selain karena dia satu-satunya Alpha, mereka berdua memang sepertinya tidak begitu memiliki kesamaan sehingga tidak ada yang bisa membuat mereka nyambung saat mengobrol. Apalagi Pete juga tidak bodoh untuk menyadari bahwa sepertinya, Tawan tidak menyukainya sejak awal.

"Selamat ya." Seperti sekarang, dia mengucapkan selamat namun tidak ada gurat ramah apalagi senyum di wajahnya. Wajah tampan dan tegas khas Alpha itu justru terlihat begitu kaku dan biasa saja. Sehingga Pete akhirnya langsung saja menjabat uluran tangan tersebut dan menggumamkan terimakasih dengan harapan agar semuanya segera selesai dan dia segera pergi dari sini.

"Coba saja aku tau kalau aturannya boleh menjadi murahan untuk menggoda putra mahkota terlebih dulu." Tawan bergumam namun gumaman itu terlalu jelas untuk bisa di dengar Pete dan Jin. Mengakibatkan suasana mendadak canggung dengan keheningan yang begitu keras.

"Apa maksudm—" Pete membulatkan matanya saat menyadari Jin justru adalah yang pertama merespon kalimat Tawan tadi. Omega itu terlihat berkacak pinggang dan mengangkat dagunya tinggi, seperti bersiap menantang Tawan. Namun Pete tau kalau itu tidak akan berujung baik, jadi dia segera menangkap tangan Jin dan kemudian terkekeh dengan garing.

SERENAY [VegasPete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang