Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Sergio pun merapikan tasnya untuk pulang. Tidak ada kejadian yang menarik. Terlepas jika ia pertama kali kesekolah, tidak ada seseorang yang mendekatimya.
Satu fakta, jika Sergio tidak memiliki teman. Dia pun tak berniat untuk membuka suara dan mencari teman. Dia terlalu malu untuk meminta seseorang menjadi temannya.
Sergio berjalan ketika Sean sudah menunggu dirinya di depan pintu kelas. Ketiga teman Sean pun juga berada di belakangnya.
Ada juga pemuda yang Sergio ketahui Ethan. Wajah Ethan bersungut. Dia bersedakap dada dan memajukan bibirnya.
"Jangan pikirkan dia. Moodnya sedang turun hm?" ujar Sean menggenggam tangan Sergio lalu pergi dari sana.
"Memangnya kenapa Arsen?" Sergio benar benar penasaran tentang apa yang telah terjadi.
"Ethan di hukum. Dia diskors selama 3 hari." bukan Sean melainkan Andrew yang menjawab.
"Kamu tau Gio.. Ethan pasti akan di hukum oleh abangnya pfftt.." Andrew menahan tawanya. Dia tak ingin membuat mood sahabatnya tambah jelek.
Sergio membentuk mulut 'o', "Apakah abangnya Ethan galak?"
"Galakk!" semprot Ethan. Sungguh Andrew harus tetap menahan tawanya. Begitu pula Sergio menatap wajah Ethan yang lucu.
"Kamu tau siapa Abangnya?" Sergio menggeleng, karena memang dia tidak tau. Kenal aja baru sehari, ga mungkin kan dia tau.
"Orang yang bermuka galak tadi," seru Andrew.
Sergio mencoba mengingat, "Ah apa yang di peluk Eve di kantin?"
"Yaps!" Andrew menepuk kepala Sergio bangga. Seakan Gio memenangkan sebuah lomba pengingat. "Hanya saja, Ethan menggunakan marga ibunya."
Sean menepis tangan Andre, "Tangamu kotor."
"Ck! Aku selalu mencuci tanganku Sean!" delik Andrew tak terima.
"Tapi kau baru saja menggaruk lehermu Andrew," celetuk Ethan. Akhirnya dia punya sesuatu untuk membalas Andrew karena menahan tawa sejak tadi.
Andrew memandang Ethan tajam, "Cepu!"
"Biarin, Wlee!" Terjadilah aksi kejar kejaran antara keduanya.
Sampai di parkiran, mereka pun bersiap untuk pulang. Tetapi sampai di depan gerbang, Sergio menarik ujung jaket Sean dan menunjuk penjual bakso di seberang.
Sean yang mengerti pun segera membawa Sergio kesana. Ketiga sahabatnya mengikuti dirinya. Kebetulan mereka sedang lapar.
Mereka pun memsan bakso dengan porsi masing masing. Memakannya dengan santai sembari di selingi tawa dari Andrew yang terus menggoda Ethan.
Sementara di sisi Eve. Dia yang melihat motor Sean terparkir diseberang jalan pun berniat untuk menghampiri. Gadis itu menyebrang tanpa menoleh kanan kiri. Alhasil tanpa di beri ruang, Tubuh Eve terpental jauh..
Mobil yang menabraknya pun hilang kendali hingga ban sebelah kiri menimpa kedua kaki Eve. Membuat kaki gadis itu tak terbentuk, akibat beban berat.
Sisa murid yang belom pulang berteriak histeris karena kejadian tersebut.
Tentu saja Sean dan teman-temannya pun keluar untuk melihat apa yang telah terjadi.
Disaat semuanya fokus pada kejadian. Lain Sergio yang pandangannya mulai memburam. Dia pusing, kepalanya berputar.
Sejak dimana dia melihat darah orang tuanya yang berceceran, saat itulah dia 'Fabio' takut ketika melihat darah. Dia akan mengalami gejala ini.
Tubuhnya tak sanggup menopang berat tubuhnya. Seluruh badannya seolah tak memiliki tenaga bahkan untuk mengucap sebuah kata. Menatap Eve yang tak berdaya dengan darah yang mengalir hingga membuat jalanan berwarna merah.
Saat Sean di kejutkan oleh siapa yang telah menjadi korban. Dirinya juga harus di kagetkan dengan tubuh Sergio yang terjatuh menyentuh tanah.
Sial dia lengah! Dia membuat kesayangannya jatuh tanpa dia ketahui.
"Sergio! Gio hey!" Sean menepuk nepuk pipi sergio. Dia yakin adiknya ini jatuh pingsan.
"Levin, hubungi seseorang. Sergio.. Sergio!!" Sean di landa panik. Dia tidak peduli tentang Eve, dia lebih mementingkan Sergio.
Bukannya menghubungi seseorang, Levin malah menghentikan seseorang membawa mobil Alphard. Lalu dia menyuruh keluar orang itu dengan kasar.
Ethan dan Andrew masuk kedalam mobil duluan sebelum Sean mengangkat Sergio.
Sementara sang pengendara Alphard kebingungan, "Loh aku siapa? Aku dimana?"
***
Sergio di bawa ke Mansion Clain. Mereka mendatangkan dokter terbaik keluarga mereka.
Anne bernafas lega ketika sang dokter mengatakan jika Sergio tak apa. Hanya saja, bocah itu mempunyai traumatic dengan darah.
Dia harus terkejut karena Sean membawa Sergio dengan keadaan kacau.
Cucunya itu langsung menjelaskan apa yang terjadi pada keluarganya maupun dokter. Jadinya dokter mengatakan jika Sergio memiliki traumatic terhadap darah.
Dokter tak bisa menjelaskan detail. Namun beliau mengatakan jika harus menghidari Sergio dari darah apapun keadaannya.
Sedangkan di sisi Eve. Gadis itu di nyatakan kritis. Archer setia duduk di samping putrinya.
Dia menangis. Entah apa yang harus dia katakan pada putrinya bahwa dia tak memiliki kaki.
Sebelumnya, dokter menyarankan untuk mengamputasi kaki Eve yang rusak parah, Archer dengan berat hati mengiyakan keputusan itu karena Archer tak ingin kehilangan putrinya akibat infeksi yang akan di dapat ketika kaki Eve di pertahankan.
Nara menangis tersedu di pelukan Matteo. Sementara Darius menatap kosong kedepan.
Eve tetaplah adiknya. Dia sedih ketika mendengar berita ini. Masa depan adiknya akan gelap. Darius hanya berharap jika Eve akan tabah dengan ujian yang d beri Tuhan padanya.
Ketika dia selesai rapat dan berniat pulang. Dia memiliki dua panggilan berbeda. Satu dari Matteo satu dari Sean.
Adiknya, Sergio tak sadarkan dirinya. Sejak tadi, dia tak berhenti memikirkan adiknya itu. Namun ia terlebih dahulu pergi ke rumah sakit karena Eve yang terluka parah.
Selain itu Darius yakin, Jika berada disana.. Adiknya aman.
Typo? Tandai..
Thank's..
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fabio To Sergio [ Terbit ]
FanfictionFabio adalah pemuda yatim piatu. Orang tuanya meninggal karena perampokan yang terjadi saat dirinya berusia 10 tahun. hidup sendirian, Fabio menjadi pribadi tak banyak bicara. dia juga sekolah sembari bekerja untuk membiayai kehidupannya. Entah bag...