6.

44.5K 4.6K 223
                                        









Eve menghancurkan kamarnya. Dia mengamuk dan berakhir membanting semua yang ada didalam kamar.

"Sialan! Kenapa jadi gini!" kesalnya. Dia sedang menghancurkan televisi.

"Sial! Sial! Sial!"

"Semuanya adalah milikku. Gio.. Tidak berhak, dia tidak boleh mendapatkan kasih sayang. Aku muak dengannya! Aku begitu muak dengan segala tentangnya!"

Eve begitu membenci Sergio, meski dia adalah abang ketiganya. Baginya Gio adalah saingan nya.

Dia merasa selalu kalah dengan Sergio. Abang ketiganya itu memiliki apa yang tidak di miliki.

Maka dari itu dia selalu membuat keluarga mereka membenci Gio. Eve selalu memprovokasi keluarganya agar selalu mengabaikan Gio.

Eve tak ingin memberi spot untuk Gio. Eve merasa jika dia akan kehilangan semuanya ketika keluarganya menyayangi Gio.

Sangat susah untuk berbuat sejauh ini. Dari awal semua berjalan dengan lancar.. Semuanya!

Tetapi saat Abang ketiganya mulai berubah.. Semua pun perlahan berubah. Dia benci itu! Dia benci ketika keluarganya mulai memperhatikan Gio.

Eve shock ketika dirinya di dorong hingga jatuh. Abangnya yang selalu lembut padanya, hari ini telah melukainya.

Dia juga tidak menduga Fabio akan membalas nya begini, dalam hati eve dia semakin membenci Fabio.

Tetapi dia tidak akan kalah!

" Ini tidak bisa di biarkan "

Dia menyeringai melihat pecahan kaca di bawah.. Lalu dia pun mencengkram kuat pecahan itu.

"Arghhhh!!".

Brak!

"Astaga nona!" seorang Maid masuk ketika mendengar kericuhan dari dalam kamar nonanya.

Saat akan membuka kamar, ternyata terkunci dari dalam. Jadinya dia dengan cepat mencari kunci cadangan. Saat berhasil masuk, dia di kaget kan oleh nona mudanya yang terlihat mencengkram pecahan kaca.

Eve mendekati sang maid dan memeluknya, dia terisak di pelukan pembantu. Ini semua dia lakukan agar rencananya berjalan lancar. "Hikss bibi.. Hikss."

Jika bukan karena itu. Mana mau dia di pelukan orang rendah.

"Nona ada apa? Kenapa anda melakukan hal ini?" tanyanya.

Eve tak menjawab dia terus menangis hingga derap kaki langkah Archer dan Matteo yang terdengar.

Archer membolakan matanya melihat kamar sang putri begitu berantakan. Dia tak lebih terkejut dengan Matteo menggendong Eve yang tak sadarkan diri.

Mereka langsung berlari kebawah dengan tergesa-gesa membawa Eve kerumah sakit.

Fabio yang asik menonton tv di bawah pun di buat bingung. Tetapi dia memilih acuh dan melanjutkan acara nontonnya.

Darius tidak ada. Abang sulungnya itu pergi karena ada pekerjaan.

Dia sendirian.

Dan firasat nya mengatakan.. Jika akan ada sesuatu sebentar lagi.

.

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Fabio masih terjaga. Dia masih menunggu hal apa yang akan menimpa dirinya.

Firasat nya tak pernah meleset.

Dari arah kuar, Fabio mendengar sebuah deru mesin. Ia yakin ada seseorang yang pulang.

Ia menatap fokus ke arah pintu masuk untuk mengetahui siapa yang datang.

Disana ada Archer yang datang dengan wajah memerah. Dia mendekati Fabio dan langsung menyeret anak itu ke gudang.

Fabio yang diseret tak mengeluarkan ringisan apapun. Dia tetap dengan tatapan datar nya.

Archer menghempaskan Fabio. Dia membuka sabuknya dan langsung mencambuk anak itu.

"Anak sialan! Apa yang kau perbuat pada putriku! Marahnya sembari melayangkan cambuknya.

Ctak

"Kukira kau telah berubah! Nyatanya kau masih sama! Sial, aku percaya jika kau akan berubah!"

Ctak

"Kau membuat putriku Shock! Kau membuat dia terluka anak kurang ajar!"

Ctak

Archer terus mencambuk Fabio hingga puas lalu pergi dari begitu saja.

Fabio meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Ini yang kau mau Sergio?" lirihnya sebelum semuanya gelap.

***

Archer menghentikan langkahnya karena di hadang oleh Darius yang bersedekap dada.

"Ada apa?"

Darius menatap papanya tajam, "Aku akan membawa Sergio."

Archer mengernyit, "Membawa kemana?"

"Kau tak membawanya kemana-mana. Disini rumah Sergio."

Darius terkekeh. "Aku tak butuh izinmu papa."

"Dan aku juga tak butuh pemberontakanmu Darius." Archer pergi setelahnya. Dia tak ingin mendengarkan lebih lanjut omong kosong puyra sulungnya.

Sergio, putranya tak akan kemana mana.

"Meski opa yang meminta?"

Langkah Archer terhenti, tangannya terkepal. "Ayah tak akan bisa membawa Sergio. Gio, putraku.. Dan lagi dia tak akan mau jauh dari papa."

Darius tersenyum mengejek, "Papa terlalu percaya diri setelah melukainya seperti itu?"

"Kita lihat nanti."

Archer mengepalkan tangannya. Dia tidak mengizinkan Gio jauh darinya.

Karena dia adalah ayahnya.


















Typo? Tandai..

Thanks..

Abd TBC...

Fabio To Sergio [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang