14.

37.1K 4.3K 321
                                        















Eve merapikan pakaiannya. Dia sudah keluar dari mobil yang di buka oleh penjaga yang menunggu. Pipinya bersemu ketika mendapatkan perlakuan seperti ini. Apalagi penjaganya begitu tampan.

Nara keluar di susul Kenzo yang langsung masuk kedalam tanpa menunggu keduanya. Mood Kenzo buruk setelah berargumen dengan istrinya.

Nara hanya bisa menghela nafas, dia menggandeng tangan Eve untuk di bawa kedalam.

Eve menatap mewahnya bangunan yang berdiri kokoh dan megah. Tak kalah megah dengan kediamannya.

Dia jadi tidak sabar bertemu dengan pujaan hatinya.

Di dalam Kenzo mengernyitkan dahi dengan pikirkan yang penuh tanda tanya, "Loh Sergio?" kagetnya.

Semua orang yang awalnya fokus pada Fabio, kini teralihkan pada sosok Kenzo dan dua perempuan yang beda usia di belakangan Kenzo.

Raut wajah Anne berubah datar. Wajah yang penuh binar menatap Fabio barusan kini menatap dingin keberadaan Nara dan gadis yang 'asing'.

Sementara Nara dan Eve tak kalah kaget melihat keberadaan Sergio yang saat ini tidak memperdulikan sekitar, karena menikmati salad buah yang di suapi oleh Sean.

"Kenzo, kau membawa siapa?" ujar Anne dingin.

Kenzo tersadar dari rasa kagetnya, "A-ah d-dia keponakan Ken ibu. Anak dari bang Archer," jawabnya gugup.

"Kamu tau kan peraturan disini? Kamu mau ibu hukum hm?" tekan Anne. Dia sangat tidak menyukainya. Orang asing datang tanpa persetujuannya.

Yah meski cucu keduanya itu dengan tidak sopan juga membawa asing, tetapi orang 'asing' itu cukup membuatnya tertarik dalam pandangan pertama.

Mari tepuk tangan untuk Sergio.

Kenzo menunduk takut, dia mengintip ayahnya yang santai sembari meminum kopi. Sementara adiknya yang sibuk dengan ponselnya. Niat hati ingin meminta tolong, tetapi keduanya seolah sengaja mengabaikan dirinya.

"Ibu, dia hanya Eve." Kenzo mengumpulkan keberaniannya berkata demikian. Dia tau jika ini bukanlah ide yang bagus. Kenzo pun tak bisa mengomentari keberadaan Sergio disini karena yang pasti sudah mendapatkan izin dari sang ibu. Terlihat dari binar kesenangan ibunya yang menatap Sergio.

Anne mengangkat alisnya, kata 'hanya' keluar dari bilah bibir sang putra.

Nara yang melihat suaminya seperti tertekan pun berkata, "Iya ibu, dia hanya Eve. Eve adalah keponakan kami. Jadi bukankah tidak masalah?"

Haruskah Anne bertepuk tangan dengan keberanian menantunya ini. Seharusnya wanita di hadapannya ini tau, jika posisinya terancam. Tetapi lihat sekarang, ini sungguh lucu.

Katakan dia adalah mertua yang tidak baik dan tidak bersyukur. Hanya karena menantunya ini tidak bisa memiliki keturunan, dia menjadi gelap mata.

Ya, setiap manusia memiliki pemikiran mereka masing-masing. Dan dia tidak selapang itu menerima kekurangan.

Manusia adalah makhluk egois. Semua egois di posisi masing-masing. Anne tidak suka ketika ada yang mengomentari dirinya tentang hal itu.

Jika menantunya tersebut bisa mengandung, maka.. keadaan dia akan sebaliknya. Anne akan begitu menyayangi Nara.

"Memang kenapa kalo Eve disini Nenek. Bang Gio aja ada disini, kenapa Eve ga boleh," ujar Eve berani. Dia memandang Anne dengan wajah imut. Dia sungguh sebal, abangnya itu seperti tidak peduli dengan keberadaanya.

Anne terkekeh. Betapa lancangnya.

Albert selaku anak bungsu Rico dan Anne, sekaligus adik Kenzo. Memandang Eve dengan alis terangkat. Kemudian terkekeh sinis.

Nara yang mengerti kekehan itu segera menarik Eve kebelakangnya. "Aku mohon untuk mengizinkan Eve menginap disini ibu. Setidaknya sampai urusan keluarga kita selesai, " ujarnya lalu pergi menyeret Eve.

Namun langkahnya terhenti oleh suara Anne, "Sejak kapan kamu selancang ini Nara?" tangan Nara terkepal. Tubuhnya berkeringat dingin mendengar nada datar ibu mertuanya.

Eve melepaskan cekalan tangan Nara dan berbalik, "Ih nenek, lebih lancang abang Gio. Ngapain dia sini coba!" kesalnya bersedekap dada.

Apalgi rencananya gagal karena Sean tidak mengalihkan perhatiannya pada Abang ketiganya itu.

Kenzo pun tetap menunduk. Dia merutuki Eve yang membalas ucapan ibunya dengan tak sopan.

"Kau salah berucap gadis," ujar Rico.

Eve menoleh ke arah pria tua itu, dia berjalan mendekat, "Salah Eve dimana kakek?"

"Kenzo." mengabaikan ucapan Eve, Rico memilih memanggil putranya.

"Ibumu sedang di mood baik, bawa gadis ini kemanapun yang kamu mau asal jangan di depan ibumu," tegas Rico.

Eve mengernyit tidak suka, "Kenapa sih, Bang Gio boleh, Eve tidak boleh. Kalian tidak adil!" bentak Eve dan bersedekap dada.

Anne mengambil gelas kaca bekas susu coklat yang sudah kosong.

"Kenzo, bawa dia pergi!" teriak Albert melihat sang ibu yang terlihat berbeda. Hazel sigap langsung menutupi telinga Fabio, dan Sean yang menutupi kedua mata bocah itu.

Kenzo langsung membawa Nara dan Eve pergi dari sana. Dia salah sungguh salah membawa Eve kemari. Dia tak yakin, hukuman apa yang akan dia dapatkan dari sang ibu.

Apalagi.. Nara dan Eve menjawab perkataan sang ibu yang bahkan dia saja takut.

Anne yang melihat kepergian Eve melemparkan gelasnya. Untung saja tidak mengenai ketiganya. Karena pergerakannya yang terbatas di pegangi oleh suami serta anaknya.

Mereka pun segera membawa Anne pergi. Anne yang seperti ini tidak boleh di lihat oleh 'Sergio' pikir mereka. Karna keduanya pun tau jika istri/ibu mereka akan berpikiran sama.

Disisi Fabio, dia berusaha melepaskan tangannya Sean yang menutupi kedua matanya, dan seseorang yang menutup kedua telinganya. Dia adalah Hazel, putra sulung Albert dan cucu pertama Rico dan Anne.

"Ugh Arsen. Gelap, aku mau saladku," keluhnya. Dia sedang menikmati salad miliknya, tetapi terganggu karena telinga dan matanya tertutupi

Keduanya mengangguk ketika situasi aman. Fabio memandang marah Sean, tetapi gagal karena tatapan marahnya, terlihat sangat menggemaskan di mata mereka.

Sean pun yakin, jika Darius sangat menjaga adiknya ini hingga dari penampilan yang urak-urakan,tubuh kurus dengan rahang tegas. Kini berubah menjadi tubuh yang sedikit berisi, pipi yang mengembung dengan tatapan polos.

Fabio mengalihkan pandangannya dan menatap sekitar, "Loh kemana semua orang?" bingungnya.

Hazel mengusak rambut Fabio dan berucap, " Mereka sedang ada urusan."

Fabio hanya ber oh saja. Dia pun kembali memfokuskan dirinya pada salad buah yang rasanya nikmat.















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Typo? Tandai..

Thanks.







Tbc.

Fabio To Sergio [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang