12.

38.6K 4.5K 530
                                        






















"Mami beneran mau pulang?!" rengek Eve. Dia bergelut manja pada Nara.

Nara tersenyum dan mengangguk. "Iya karena keluarga papi menghubungi kita untuk segera kembali ke mansion. Ayah dan ibu mertua mami baru saja datang dari London." Lehernya di gips karena mengalami patah tulang ringan.

Eve memandang Nara rumit, "Mami, aku khawatir sama mami." dia memeluk erat Nara.

Nara tersenyum cerah, "Bahagianya mami di khawatirkan oleh anak menggemaskan seperti mu."

"Mami tidak tahu, apa yang di rencanakan oleh anak itu hingga Darius berbuat seperti ini pada mami yang notabennya adalah Tantenya sendiri,"lanjutnya. Dia memegang lehernya dan mengingat kejadian semalam.

Eve menyeringai tanpa di ketahui Nara, dia menelungsupkan wajahnya ke dada wanita itu, "Abang Gio jahat ya mi. Pasti dia yang nyuruh bang Darius untuk bertingkah tidak sopan dan nekat."

Wajah Nara menjadi masam, "Dia benar benar!" tangannya terkepal. Wajahnya di penuhi amarah ketika membayangkan wajah Sergio.

Eve mengelus lengan mami nya, "Mami.. Bagaimana kalau Eve ikut mami?"

Nara mengangkat alisnya, "Ikut mami, kemana?" Eve tersenyum. "Ke rumah papi dong." 

Nara mendadak kaku, apa boleh dia membawa orang asing. Dia bukannya tidak tau jika mertuanya tidak menyukai dirinya karena tidak bisa memiliki keturunan.

Tetapi tak dia hiraukan, asalkan suaminya menerima dia apa adanya. Namun di lain sisi dia tak nyaman berada di mansion Clain.

Nara akan senang jika mertuanya pergi keluar negeri. Karena hal itu, dia tak perlu mendapatkan tatapan sinis dari sang mertua. Apalagi ibu mertuanya.

"Ya sudah.. Kamu ikut mami," ujar Nara ragu.

"Yeyy!!" Eve berjingkrak senang. Pipinya bersemu ketika memikirkan jika dia akan bertemu dengan orang yang di sukainya, Arseano.

Pertama kali dia bertemu Arseano adalah ketika orang tua papinya datang kesini karena acara pertemuan dua keluarga. Dia satu sekolahan dengan Sean, tetapi dia jarang sekali melihat nya.

"Senengnya anak mami." Nara terkekeh melihat wajah manis Eve.

"Senang dong mami! Eve akan bertemu dengan abang Sean!" dia terus berjingkrak gembira.

"Haha ada ada saja kamu. Mending kamu bilang sama papi gih," ujar Nara yang langsung di angguki Eve. Gadis itu berlari ke luar dan mendekati papinya sedang berbincang dengan papanya.

"Papi!"

"Papi bolehkah aku ikut papi dan mami?"tanyanya penuh harap.

Kenzo memandang Eve sebentar dan menoleh ke arah Archer dengan pandangan rumit. Archer yang mengerti pun memegang kedua pipi Eve, "Baby tidak usah ikut ya? Disini saja. Papi sama mami ada keperluan penting."

Eve menggeleng, "Tidak mau, Eve mau ikut papi!' kekehnya.

"Kalo Eve nurut, Papa bakal beliin semua yang Eve minta, hmm?" kata Archer mencoba untuk membujuk putrinya.

Keluarga Clain menolak mentah orang asing di kediamannya. Hanya orang intilah yang boleh memasuki teritori mereka. Itu sebabnya Kenzo meminta Archer untuk membujuk Eve agar tidak ikut lewat tatapan matanya.

"Nope! Eve mau ikut papi hikss," lirih Eve memandang papanya memohon.

Dan Archer tidak akan bisa menolak wajah penuh permohonan putrinya. "Ken.. Bawalah putriku."

Fabio To Sergio [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang