13. Meledak part 2

2.9K 352 91
                                    

Suasana warung babeh begitu menegangkan. Untung saja mereka menongkrong di bagian dalam warung yang memang hanya mereka saja yang menempati hari itu. Jadi tidak begitu mengganggu pelanggan lainnya.

Mark, Jeno dan Jaemin hanya menatap saja. Terlalu bingung harus melakukan apa. Aura Renjun seolah memberitahu mereka untuk tidak mengganggu. Mereka sama sekali tak berani bergerak.

Renjun menatap Donghyuck dengan bengis, seakan siap mencabik remaja satu itu kapan saja. "Lo gak lupa bangsat. Lo emang sengaja ninggalin gue! "

"Injun, gak gitu"

"Gue tahu anjing. Mana mungkin lo lupa kalo lo aja duduk tepat di depan gue!. Di hadapan gue!. Lo lihat gue!. Lo denger gue teriakin nama lo!. Tapi lo sama sekali gak mau noleh! "

Donghyuck terlihat diam. Tak bisa bicara apapun. Dia kalah telak.

"Lo sengaja ninggalin gue karena lo mau jemput ayana!. Lo gak mau repot dengan nganterin gue dulu, gue tau anjing!. Lo pikir gue bakal maafin lo karena selama ini selalu kaya gitu kan? Enggak bangsat! Kali ini gue gak mau maafin lo! "

Bola mata Donghyuck bergerak dengan panik, ia mendekat. Meraih jemari Renjun untuk dia genggam. "Injun jangan gini, gue minta maaf. Kalo gak sama lo gue gak bisa. Maaf injun, maaf"

"Lo bisa sama ayana"

Donghyuck menggeleng cepat "Gak, gak mau. Renjun please"

"Lo! Jangan pikir gue gak tahu ya, lo gak jadi ke rumah gue waktu itu karena lebih milih ke ayana. Lo gak jadi berangkat bareng juga karena ayana. Semua rencana kita yang gak jadi ya karena lo selalu belok ke ayana. Gue tau goblooook, gue tau! "

Donghyuck tak bisa membantah. Memang begitu adanya. Memang itu salahnya.

"Gue ini apa sih hyuck? " Tanya Renjun kali ini. Suaranya sudah bergetar.

"Injun" Panggil Donghyuck dengan khawatir. Mata Renjun mulai basah, ia ingin menghapusnya. Namun tangannya langsung disentak begitu saja.

"What if, what if i say that i like you? " Kata Renjun yang membuat Donghyuck membelalak. Begitu juga dengan ketiga temannya yang mendengar.

"Gue suka sama lo anjing! Tapi kenapa lo kaya gini ke gue?" Tanya Renjun dengan lirih.

Donghyuck terdiam. Bibirnya kelu.

"Gue ini ada harganya ga sih di mata lo?. Gue ini apa hyuck? LO PELUK GUE! LO CIUM GUE! YOU TOUCHING ME IN SOME PART YANG GAK WAJAR UNTUK SESAMA TEMAN! Terus gimana gue gak berakhir jatuh cinta sama lo anjing?! Gue juga punya perasaan hyuck. Gue bukan barang yang bisa lo pake dan lo geletakin gitu aja." Renjun terengah meluapkan emosi. Ia tertawa miris sebelum melanjutkan perkataanya.

"Lo tau gak sih, kadang gue mikir, apa lo cuma anggep gue pemuas napsu lo? "

"ENGGAK! Injun gak gitu, gue berani sumpah! " Sanggah Donghyuck memotong.

"Terus kenapa hyuck? Kenapa gue ngerasa kaya gitu? Gue kayaknya hina banget di mata lo. Kenapa ya gue ngerasa lo malah anggep gue itu cuman semacam lonte ataupun gigolo buat lo. Sialnya, gue lebih ga ada harganya kan?. Soalnya gue kasih itu semua secara cuma-cuma"

"Injun, demi tuhan. Jangan ngomong gitu. Gak gitu juun" Bantah Donghyuck yang kali ini sudah ikut menangis merasa sangat bersalah.

"Harusnya waktu pertama kali lo cium gue, harusnya gue nonjok lo. Harusnya gue marah sama lo. Tapi gobloknya gue, gue udah suka sama lo sebelum kejadian itu. Miris kan jadi gue?."

"Maaf Renjun maaf" Pinta Donghyuck dengan sungguh-sungguh. Ia kini sudah bersimpuh dengan lemah di kaki Renjun.

"Harusnya sejak awal gue biasa aja sama lo. Harusnya sejak awal gue gak ladenin hati gue. Harusnya sejak awal gue bunuh perasaan ini. Harusnya sejak awal gue gak perlu kenal sama lo. Biar gue gak perlu sesakit ini. Biar gue gak merasa menjijikan kaya gini. "

"Renjun maaf" Donghyuck makin menangis. Renjun menyesal mengenalnya, dan itu sangat menyakitkan baginya. Tubuhnya bergetar hebat disertai isakan yang masih berusaha ia tahan.

"Terus kalau gue maafin lo, lo mau apa?. Jadiin gue lonte lagi? Manfaatin badan gue lagi? Kenapa gak sekalian lo perkosa aja gue? Biar lo puas! Biar gue hancur sekalian! "

Donghyuck menggeleng dengan heboh. Ia bergerak maju memeluk kaki Renjun dengan erat. Mulutnya tidak berhenti menggumamkan maaf.

Mark dan Jeno mulai berjalan mendekat, mencoba menarik Donghyuck dari Renjun. Mereka merasa kedua remaja itu harus di pisah sementara.

Jaemin mematung, seolah tak mempercayai pendengarannya. Apa tadi?. Apa yang Donghyuck lakukan?. Apa yang terjadi diantara mereka?.

Chenle dan Jisung berlari dengan tergopoh dari kediaman Babeh saat Istri Babeh Tirta bilang kalau Renjun bertengkar hebat dengan Donghyuck.

Chenle memegang kedua bahu kakaknya dengan khawatir. "Kak, gapapa?. Kita pulang ya? " Ajaknya.

Renjun masih menatap lurus Donghyuck yamg berada di kakinya. Masih menangis tersedu meminta dimaafkan. Renjun menghela napas berat. "Mau pulang"

"Iya kita pulang ya" Balas Chenle dengan lembut.

Jisung yang kepalang kesal, menarik kerah baju Donghyuck. Mengangkat tubuh itu agar berdiri dengan paksa, lalu meninju wajah tampan itu dengan keras.

"JISUNG! " Mark membentak, lalu mencoba menopang Donghyuck agar berdiri bersama dengan Jeno.

Jisung tak peduli banyak, hanya menatap datar pada Donghyuck. Tak merasa bersalah.

"Injun demi tuhan. Gue minta maaf. Injun jangan gini, gue gak bisa. Injun maafin gue. Gue bakal lakuin apapun. Please maafin gue" Donghyuck kembali memohon dengan menyedihkan, tak memperdulikan bibirnya yang mengeluarkan darah.

Renjun menggeleng, menolak memaafkan laki-laki itu. Bibirnya mengucapkan kata yang mampu membuat semua orang terdiam. Kata yang paling anti di ucapkan oleh mereka.

"Donghyuck maaf. Gue benci sama lo" Ucapnya sebelum melangkah keluar dengan Chenle dan Jisung.

Donghyuck meraung. Mencoba berlari mengejar Renjun namun tubuhnya ditahan oleh Jeno dan juga Mark. Ia meraung-raung memohon maaf pada Renjun sampai kakinya melemas, tak lagi mampu untuk berdiri kali ini. Ia meluruh sambil terus-terusan menggumamkan maaf. Menangis tersedu tiada henti membuat Mark dan Jeno menatap prihatin padanya.

Jaemin hanya menatap sekilas, lalu melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan temannya yang terlihat begitu putus asa. Kalau boleh jujur, dirinya sangat marah. Ingin rasanya ia memukul Donghyuck sampai anak itu tak mampu berdiri lagi. Sampai anak itu tak mampu bicara lagi.

Tbc.

Halo haloooo
Gimana? Hehehe bahagia kan mereka?

By the way, inspirasiku nulis book ini tuh selain dari kisah friendzone ku, juga dari lagunya Johnny Orlando -What If ( I Told You I Like You)

Lagu itu asik banget, sumpah. Favourite aku huhu

See you next time ya sayang

WHAT IF I SAY? || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang