20. Sebuah Janji Bahagia

2.8K 294 64
                                    


"Renjun? " Panggil Donghyuck kala itu dengan ragu.

"Eh? " Pemuda yang dipanggil Renjun itu menatap dengan terkejut. "Aku kenal kamu? "

"Beneran renjun? " Tanya Donghyuck sekali lagi dengan tidak percaya.

Pemuda itu memasang wajah bingung, sambil menjawab dengan gamang "Ya, iya? "

Donghyuck langsung berdiri, menarik tubuh lelaki itu masuk ke dalam pelukannya.

Sedangkan laki-laki yang diketahui bernama Renjun itu tersentak, terlalu kaget karena tiba-tiba dipeluk begitu saja. Donghyuck yang menyadari bagaimana tubuh kecil itu menegang dalam pelukannya jadi melepasnya.

Donghyuck menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal, merasa canggung dan bodoh. "Ah, maaf"

Renjun berdeham, "No, it's fine. Tapi, am i know you? " Tanya Renjun sekali lagi.

"Em, aku rasa kamu gak kenal aku. Tapi aku kenal kamu" Balas Donghyuck dengan ragu.

"Loh? Bisa gitu? Haha" Tanya Renjun disambung tawa renyah.

Untuk beberapa detik Donghyuck terpesona, akhirnya setelah waktu yang ia rasa begitu lama ia bisa melihat tawa itu lagi. Tawa merdu yang membuat hatinya menghangat.

"Kamu dirawat di sini? " Tanya Renjun setelah mengamati Donghyuck yang memakai baju pasien.

Donghyuck mengangguk. "Kamu sendiri, kenapa di sini? "

Renjun tersenyum sejenak, ia mengalihkan pandangan pada anak-anak yang bermain di sana. "Dulu, adik aku di rawat di sini. Karena kanker. Aku terbiasa temenin dia. Tapi, tuhan lebih sayang sama dia. Adik aku meninggal tahun lalu, jadi untuk obat kangen aku selalu ke sini dan main sama mereka tiap akhir pekan. Diantara mereka ada beberapa temen berjuang adik aku. Aku bisa semangatin mereka"

Bola mata Donghyuck melebar, ia menatap tak enak ke arah Renjun. "Maaf, aku gak tahu"

Renjun terkekeh. "Gak apa apa kali, kan emang gak tahu makanya nanya. "

Hening cukup lama sampai Renjun kembali bicara. "By the way, nama kamu siapa? "

"Donghyuck. Lee Donghyuck" Jawab Donghyuck dengan lantang.

Renjun mengangguk, ia mengangkat sebelah tangannya. Mengecek arloji yang ia pakai. "Okay, donghyuck. Karena ini udah mulai sore, kayaknya aku harus pulang."

"Hmm, udah mau pulang? " Tanya Donghyuck dengan lesu. Agak tak rela ditinggalkan.

"Iya, kalau gitu see you when i see you yaaa.... Babaiiii" Ujar Renjun sambil berjalan menjauh dan melambai-lambaikan tangan kecilnya ke arah Donghyuck.

Donghyuck pun ikut melambai dibarengi senyum tipis.

"Tadi kenapa gue gak minta nomor dia ya? " Gumam Donghyuck pada dirinya sendiri.

Donghyuck tersenyum tipis. Ia senang dapat bertemu sosok Renjun, walaupun Renjun tak mengenalinya setidaknya ia bisa sedikit mengobati rasa rindu. Dan lagi, ternyata Renjun di dunia nyata dan Renjun di mimpinya agak sedikit berbeda.

Dalam mimpi Donghyuck, Renjun itu terlihat sangar dengan tatapan mata tajam juga rahangnya tajamnya. Cara bicaranya cenderung blak-blakan dengan nada sinis.

Sedangkan Renjun yang baru saja ia temui memiliki pipi lebih penuh dengan mata bulat berbinar juga pipi yang senantiasa merona tiap kali tersenyum, kulitnya lebih putih. Cara bicaranya ringan dan renyah, sepertinya juga sosok yang mudah berbaur dengan lingkungan juga orang baru. Renjun yang ini jauh lebih manis.

"Hyuck! "

Donghyuck menoleh, mendapati Doyoung yang tengah berjalan ke arahnya. "Kenapa kak? "

"Kenapa lagi? Lo harus terapi kenapa malah ngelamun di sini? " Tanya Doyoung.

WHAT IF I SAY? || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang