Donghyuck menyetir mobilnya dengan ugal-ugalan. Tangannya masih gemetar karena shock juga dirinya yang memang kurang beristirahat. Tatapan matanya panik, dirinya berusaha mengejar waktu. Mengebut secepat mungkin menuju bandara.
Jantung Donghyuck bertalu, terlalu takut kalau ia akan kehilangan. Donghyuck menangis dengan keras, air mata tak henti-henti meleleh. Bibirnya terus ucapkan do'a untuk sang terkasih.
"Selamat. Injun selamat. Injun gak papa. Tuhan tolong. Kali ini saja, hamba mohon."
Donghyuck terlalu fokus pada do'a-do'a yang ia panjatkan. Terlalu jatuh dalam tangisannya sendiri. Donghyuck lupa bahwa matanya yang memburam karena tangis itu harusnya fokus menatapi jalanan. Ia lupa kalau ia juga harus mencapai selamatnya.
Saat itu, mata buram Donghyuck melebar saat mendapati sebuah truk melaju dengan kencang dari arah berlawanan. Tak sempat ia membanting stir. Semua terjadi begitu cepat. Terlalu cepat sampai ia tak sempat berreaksi.
Sepuluh detik. Hanya sepuluh detik sampai akhirnya truk itu menghantam badan mobilnya, membuat kendaraan yang ditumpanginya itu berguling berkali-kali. Ringsek.
Donghyuck mengerutkan dahi, kupingnya berdenging dengan nyaring. Tubuhnya terhimpit oleh pintu mobil yang penyok. Ia dapat merasakan darah yang mengalir keluar secara perlahan dari kepala, kaki dan juga perutnya. Seluruh tubuhnya nyeri luar biasa, sangat sakit. Ia tak bisa bergerak sama sekali. Bibir itu bergetar pelan. "Sakit"
Beberapa orang mulai mengerubungi mobilnya, dapat Donghyuck lihat orang-orang itu memasang ekspresi panik. Mereka mencoba mengeluarkannya dari mobil yang ia rasa makin panas. Napasnya tersengal, mulai memberat. Matanya terasa begitu berat, bahkan untuk tetap terjaga saja dia tak mampu. Ia menoleh ke kursi samping, matanya membelalak tidak percaya.
Renjun!.
Demi tuhan, Donghyuck melihat Renjun!.
Pemuda manis itu terlihat memasang wajah tenang, mencoba mengatakan bahwa kondisinya tidak apa-apa. Donghyuck kembali menangis, kali ini begitu terharu karena disaat seperti ini pun hanya Renjun yang dapat ia lihat.
Renjun mengelus pelan wajah Donghyuck, menghapus air matanya. Ia mengulas senyum simpul.
"Tidur ya" Ucap Renjun yang langsung dituruti Donghyuck, toh matanya memang begitu berat. Donghyuck menutup kedua matanya dibarengi dengan suara ledakan yang terdengar begitu keras tepat di kedua telinganya. Tubuhnya seperti melayang, terhempas oleh ledakan mobilnya. Donghyuck tetap menutup mata, tak merasakan apapun lagi. Sakitnya menghilang, mungkin bersamaan dengan dirinya yang juga menghilang.
...
Donghyuck membuka matanya, napasnya menderu begitu cepat. Tubuhnya lemas, tak mampu berbuat banyak. Matanya melirik sekitar, merasa asing.
"Nak? Kamu bangun?! " Dapat Donghyuck dengar pekikan itu yang berasal dari Taeyeon.
Donghyuck hanya berkedip, tak mampu bersuara.
Taeyeon dengan panik memanggil dokter.
Dokter dan beberapa perawat datang dengan tergesa. Mereka memeriksa kondisi Donghyuck.
"Syukurlah, pasien berhasil melewati masa kritisnya. Setelah ini, kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat apakah ada masalah lain di tubuh pasien atau tidak. " Ungkap dokter itu.
Taeyeon mengangguk, ia menangis dengan haru sambil menggenggam erat tangan sang anak. Mengucap beribu syukur pada sang pencipta yang masih memberinya kesempatan untuk merawat anak tercintanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF I SAY? || HYUCKREN
FanfictionDonghyuck si manusia clingy, hobinya nempel kemana-mana. Si social butterfly yang tidak bisa membedakan perlakuan macam apa yang harus ia beri ke orang lain. Si paling peka dengan suasana sekitar tapi tidak paham sama diri sendiri. Bagaimana jadiny...