Ceritanya Panjang

501 72 8
                                    

Keesokan harinya, Brielle bisa bernapas lega melihat pantulan wajahnya yang sedikit terlihat normal. Semalaman ia berusaha agar mata ikannya ini mereda, alias bengkaknya hilang. Brielle mencoba beragam cara, ia tak punya pilihan sebab hari ini ia memiliki agenda yang tak bisa ditunda.


Brielle memiliki calon client disebut calon sebab project yang ditawarkan belum sepenuhnya diterima. Oleh karenanya ia akan mengikuti meeting bersama calon client dan para perwakilan staff konsultan konstruksi yang memenangkan tender dari proyek besar sang calon client sebagai bahan pertimbangan.

Bangunan berlantai empat telah terlihat, taksi yang ditumpanginya berhenti di depan bangunan tersebut. Brielle diminta merancang konsep villa yang nanti akan dibangun di kota wisata secara masif.

Sejujurnya Brielle agak sedikit gugup dan waswas sebab setahun lalu ia sempat ditolak dikarenakan mantan client yang melibatkannya dalam project konstruksi, padahal sejak awal klausul menambahkan Brielle sudah disetujui tetapi rupanya tim konsultan tidak bisa diajak bekerja sama. Mereka memandang remeh Brielle yang bukan bagian alumni arsitektur. Kehadirannya berada dalam project tersebut demi memenuhi permintaan imajinasi client. Dan tugas Brielle berusaha untuk memvisualisasikan imajinasi sang client dengan detail dan bekerjasama dengan arsitek di perusahaan tersebut, ia juga sedikit paham menggunakan software yang biasa digunakan oleh anak arsitek. Akan tetapi semua sia-sia. Runyam. Meski begitu Brielle memilih bertahan. Letih batin serta fisik tak ada apa-apanya yang lebih banyak dikorbankan adalah kewarasan.

Pengalaman tersebut membuat Brielle menahan diri untuk tidak langsung menerima tawaran apalagi bagian proyek konstruksi, ia ingin melihat sejauh mana tim konsultan bisa diajak bekerja sama. Agar mereka mampu bersinergi dan bisa mewujudkan project tersebut secara optimal dan totalitas.

Rapat dilaksanakan dengan lancar sebagian besar mudah untuk diajak komunikasi, Brielle bertanya banyak hal dan bantuan seperti apa yang diinginkan oleh pihak konsultan dan client terhadapnya.

Merasa bahwa ia bisa bekerja sama, Brielle menerima tawaran pekerjaan tersebut seusai membaca kontrak dengan teliti serta memperhatikan poin demi poin.

Sebab Brielle bukanlah bagian dari konsultan konstruksi maka si client nanti akan membayar lebih di luar biaya operasional yang ditawarkan oleh konsultan konstruksi.

Brielle meninggalkan perusahaan konsultan seusai menemukan titik tengah kesepakatan, menjelang waktu makan siang, ia ingin ke mall sebentar untuk jalan sendiri namun sebuah panggilan di ponsel membuat Brielle mencari tempat yang sedikit sepi dan hening. Meski tak benar-benar hening di waktu makan siang begini.

"Brielleeeeee!!!" Sapa suara yang heboh. "Kangen tahu, kamu di mana sih? Beberapa bulan ini ngilang."

"Aku masih hidup, syukurlah."

"Ck!" Wanita di ujung sana berdecak. "Ibu freelancer lagi luang, nggak? Mau ketemu?"

"Kamu butuh teman cerita?"

"Bukan aku, tapi kamu. Aku di rumah nih, bareng anak-anak. Bapaknya nggak ada kok. Kamu datang ya, aku siapin makanan enak kok."

Brielle tertawa mudah sekali dia dibujuk rayu dengan adanya anak-anak dan makanan enak ala Wanda.

"Oke. Aku ke sana."

Kesanggupan atas tawaran Wanda tidak berdasar agar ia bisa bermain bersama anak-anak juga makanan enak. Brielle tahu itu hanya alibi. Wanda hanya ingin bertemu sekaligus ingin mengetahui kabarnya secara langsung.

"Buruan, aku tunggu."

Panggilan terputus.

Perjalanan menuju rumah Wanda memang sedikit memakan waktu.

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang