Abel Mahesa

343 64 9
                                    


Selamat membaca teman-teman~
Kalau kalian suka part ini tolong di vote wkwk

Enjoy~

***

Abel menyentuh ujung pakaian yang ia kenakan untuk sekadar dirapikan padahal penampakan pakaian tahanan memang tidak begitu apik buat dipandang dan terkesan menyedihkan. Dia mengambil tempat di depan wanita yang mengisi hatinya, rasa sayangnya belum luruh masih tetap sama. Dipandanginya Brielle dengan lekat menyimpan dan merekamnya dalam memori agar bisa ia panggil ke alam mimpi jika sewaktu-waktu ia merindu lagi.

Brielle meletakan kotak makanan di atas meja lalu mendorong ke depan Abel.

"Aku tadi masak banyak, jadi sekalian aku bawain untuk kamu selagi berkunjung." Kalimat pembuka itu menjadi awal percakapan.

Sekilas Abel melirik kotak makanan kemudian beralih pada figur Brielle yang selalu terlihat elegan, "kamu bukan tipikal yang suka masak meski kamu bisa. Aku cukup tersanjung bisa makan masakan kamu lagi, terima kasih."

Abel masih mengingatnya, tentu saja mereka bersama bukan sehari dua hari melainkan 3 tahun.

"Aku pikir aku tidak bisa melihat kamu lagi,"lanjut Abel. "Aku mengira kamu tidak akan pernah mau menemui aku walau hanya sekali." Abel tak bisa membaca ekspresi Brielle saat ini.

"Tadinya begitu," ungkap Brielle jujur.

"Apa ada masalah?" Setelah ucapannya mengudara, reflek ia mengatupkan kedua belah bibirnya rapat. Ia bertanya seolah-olah dia masih bagian berarti dalam hidup Brielle.

"Kamu masalahnya."

Abel kembali mengangkat pandangan, jatuh di antara dua netra Brielle yang menatapnya lurus.

"Ada hal yang perlu aku konfirmasi Bel, yang tidak sempat ditanyakan padahal aku punya kesempatan untuk bertanya sebelum membiarkan kamu membusuk di penjara."

Brielle menarik napas panjang, mempersiapkan diri. Sakit sekali hati Abel oleh kata terakhir yang diucapkan Brielle. Tak terperi.

"Kenapa kamu mengkhianati kepercayaan aku?"

"Menurut kamu kenapa?" Abel justru membalik tanya. Sembari memikirkan jawaban.

Brielle mengedik, "entah. Kenapa kira-kira?"

Abel menampilkan wajah ringisan, ia menunduk cukup lama sebelum menjawab. "Mungkin karena aku tidak puas dengan salary yang kamu berikan," ucapnya penuh ketidakpastian.

"Kamu harusnya bilang aku," potong Brielle cepat

"Dan seperti yang kamu tahu kita hidup di kota metropolit agak kurang cocok untuk hidup sederhana. Life style kita berbeda Brielle. Padahal kamu mampu tetapi kamu lebih suka menutup diri."

Kening Brielle mengerut samar, sejak kapan Abel mementingkan life style? Abel saja jarang membeli pakaian branded jika bukan hadiah yang dibelikan oleh Brielle secara langsung.

"Jadi kamu hanya pura-pura cinta sama aku agar kamu bisa memperdaya dan mengambil segala usaha yang sudah aku bangun?" Simpul Brielle.

Dapat Brielle lihat Abel mengetatkan rahangnya, seakan menabahkan diri.

"Exactly, yup. Seperti yang kamu bilang."

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang