Bertemu Lagi

355 56 3
                                    

"Kebetulan aku lagi di sekitar tower apartemen kamu, boleh singgah bentar buat main sama Rosie?"

Itu pesan dari Keenan yang masuk di saat dirinya berwajah sembab dan sedang duduk lunglai di kursi penumpang dalam mobil taksi. Keenan. Laki-laki itu menggunakan kata yang sopan padanya.

Saat menyadari pesan itu masuk, ia sampai tepat di depan bangunan area drop off.

Brielle segera membalas dengan mengatakan bahwa ia mengijinkan Keenan datang, Rosie juga pasti merindukan sosok Keenan. Walau bagaimanapun saat mereka masih bersama Rosie sering bermain dengan Keenan ketika ia mengurung diri di ruang kerja untuk menggambar.

Brielle berjalan santai, restu dari mamanya sudah ia dapatkan untuk meninggalkan tanah air. Ia hanya belum bisa meminta ijin pada papanya. Toh, waktunya memang belum tepat. Seandainya tak mendapat ijin dari sang papa, asal mamanya telah memberi restu Brielle tak masalah. Dia sudah dewasa dan mama nya sudah melepaskan dia. Sebisa mungkin, sama seperti mama nya yang selalu melindungi dirinya di garda terdepan. Brielle juga akan melindungi anak yang ada dalam kandungannya, ia tak ingin anaknya ini menjadi 'alat' hanya agar ia bisa menikah dengan Keenan. Ngomong-ngomong soal anak, Keenan akan mampir ke apartemen. Brielle diserang rasa panik sekaligus bersyukur usai menyadari hal itu ia sudah sampai di lantai apartemennya.

Buru-buru ia keluar dari lift, masuk ke dalam unitnya. Mengedarkan pandangan untuk mengambil sesuatu yang berhubungan tentang kehamilan. Brielle harus menyembunyikan rapat-rapat kehamilannya, terutama dari Keenan.

Buku diary yang tergeletak di meja nakas samping sofa bed, buku kontrol kehamilan yang ia dapatkan dari dokter obgyn dari klinik sebelumnya pun ia pungut. Di meja makan botol-botol vitamin serta suplemen nutrisi untuk ibu hamil Brielle masukan ke kantong. Susu ibu hamil dan beberapa stok yang tersimpan di atas kabinet berusaha disingkirkan oleh Brielle.

Buku-buku yang berhubungan dengan mengembangkan kecerdasan prenatal pun tak luput dari jangkauan Brielle.

Semua. Segala yang berhubungan tentang kehamilan. Brielle bawa ke dalam kamarnya. Karena mereka sudah berpisah, Keenan akan segan masuk ke dalam kamar itu.

Brielle tadinya hendak bernapas lega, tepat bunyi bel berdering Rosie berlari kecil menghampiri Brielle. Di mulutnya, anjing lucu berbulu halus itu menyerahkan (menggigit) selembar gambar USG.

Astaga. Lekas Brielle meraihnya, "terima kasih sayang."

Lembaran itu ia masukan ke dalam saku. Langkahnya mantap membuka pintu, di depannya sudah ada Keenan dengan penampilan kasual seperti biasanya.

Sejenak, jantungnya berdegup kencang. Dia bertemu lagi. Bertemu ayah anaknya.

"Briel, kamu ... Oke?" Ragu-ragu Keenan bertanya, saat Brielle memberi ruang bagi Keenan untuk masuk ke dalam unitnya. Keenan menatap lekat Brielle, tetapi hal itu tak berlangsung lama. Momen tersebut terdistraksi oleh Rosie yang berlari antusias pada Keenan yang sudah lama tak dijumpainya.

"Ya?"

Kenapa tiba-tiba Keenan bertanya apa dia baik-baik saja? Nampak jelas kah dia terlihat terengah karena terburu-buru menyembunyikan jejak kehadiran anak dalam kandungannya?

"Kamu habis nangis? Mata kamu masih bengkak dan muka kamu sembab," jelas Keenan usai ia berjongkok meraih Rosie dalam dekapannya. Dengan sedikit kewalahan, karena Keenan rupanya tak datang dengan tangan kosong.

"Oh."

Brielle lupa, penampilannya pasti kacau sekarang. Ia jadi mudah lupa dan fokusnya kerap terdistraksi.

"Aku ..."

Brielle jadi teringat, masa-masa di mana Brielle melindungi Keenan secara diam-diam. Ia juga tidak terbuka perihal keluarga besarnya. Justru, sesuai informasi dari Kevin, dialah yang memberi tahu Keenan.

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang