Clarity

297 51 4
                                    

Aku bukannya takut ditinggalkan Keenan apalagi jika sosoknya bukan lelaki yang pantas untuk ditangisi dan dikejar. Tapi aku lebih takut kalau ternyata aku menyakiti orang setulus Keenan.

-Brillie Vioneta-

Perjalanan mengelilingi samudera Labuan Bajo menggunakan kapal Pinisi memasuki hari ke dua. Sesuai itinerary yang dibuat oleh Keenan dan Dino, destinasi mereka selanjutnya hari ini ke pulau Padar.

Pagi ini Keenan bangun lebih awal. Jam 4 subuh. Terlalu awal untuk memulai hari, namun karena ia tak bisa lagi untuk memejamkan mata padahal tubuhnya bolak balik miring kiri dan kanan tetap tak kunjung terlelap. Pada akhirnya ia bangun lanjut ke toilet untuk membersihkan diri sampai ia naik ke atas sundeck tak lupa membawa secangkir kopi panas. Cuacanya sempurna, Keenan memilih menunggu melihat sunrise secara langsung atau mengabadikannya dan membagikannya lewat sosmed.

Tak lama ada beberapa crew kapal yang juga sudah bangun duduk di deck utama. Menemukan Keenan di atas, mereka menyapa dan mengajak ngobrol singkat. Sambil menikmati pemandangan dari tempat mereka masing-masing.

Pukul 5.30 langit mulai terang, matahari mulai menyapa dengan malu-malu. Langit nampaknya tidak terganggu oleh awan. Sangat bersih. Yang artinya siang nanti naik ke sundeck tidak akan disarankan. Mending ngadem di kamar dan menyalakan AC.

Suara menguap yang sangat khas dapat dikenali Keenan tanpa harus melihat sosok tersebut.

"Sejak kapan lu jadi morning person?"

Sosok Dino sudah duduk di kursi sebelah Keenan. Mencuri gelas kopi Keenan yang isinya tinggal separuh, menyesapnya dan protes. "Buset, dingin. Kek yang punya."

Dino menyerahkan kembali gelas itu pada si empu. Tapi Keenan menolak.

"Gue nggak mau bekas Lo."

"Biasanya juga lu oke-oke aja."

"Beda lah," tolak Keenan tak kalah keras kepala. "Lu belum gosok gigi, setan."

Wajah Dino yang tadinya masam merasa tertolak langsung nyengir. "Tau dari mana lu?"

"Pake nanya," delik nya sebal. "Lo nggak malu apa sama Sania? Bekas jigong Lo udah kering, membentuk pulau Padar," komentar Keenan sarkas.

Dino masih tak tahu diri, orangnya tidur sekamar dengan Sania tapi bisa-bisanya tidak menjaga image barang sekejap mereka berpacaran. Setidaknya, bangunlah citra higienis.

"Sania udah cinta mati sama gue, sob. Mau tidur mulut kebuka berbentuk love aja dia nggak sadar itu abnormal."

Langkah terakhir, Keenan tak mau berdebat dengan Dino, ia hanya menghela napas.

"Harusnya Lo kalau jalan niatnya jalan-jalan bro."

Dino berkata setelah mereka terdiam kurang lebih dua menit. Dia berkata sambil berusaha menyeka bekas jigong yang kering dengan ujung kaos lengannya.

"Menurut Lo sekarang gue ngapain kalau bukan jalan-jalan?"

"Raga nya emang di Labuan Bajo. Tapi muke lu nggak bisa bohong. Lo keliatan masih gedeg. Nape sih? Kesel sama Brillie yang nggak hubungin Lo apa gimana?"

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang