Pengertian

312 51 1
                                    

Ditatapnya pintu berbahan dasar kayu yang selalu terkunci. Keenan tak penasaran sekalipun ia tak pernah masuk ke dalam sana. Bagaimana bisa masuk, jika sang pemilik ruangan tak pernah menawarkannya.

Keenan membuang napas gusar, melemparkan pandangan ke seisi ruangan apartemen yang senyap. Pemilik apartemen sedang tak berada di sana, hanya ada Keenan yang baru kembali dari rumah Randy. Ia tiba-tiba teringat artikel yang tadi siang sempat dibaca.

Lalu, perlahan terdengar suara klik yang khas. Keenan berbalik, tepat saat itu sesosok Brielle telah nampak.

"Kamu dari mana?"

Sambil mengangkat beberapa kantong belanjaan, Brielle menjawab. "Belanja tadi. Kulkas udah kosong."

Mendekat, Keenan mengambil alih tentengan di kedua tangan Brielle dan membawanya ke meja makan. Brielle mengintip jam, "lumayan lama kamu perginya, sekarang udah malam."

"Tadi langsung eksekusi setelah meeting."

Penjelasan Keenan membuat Brielle mengerti.

"Kamu belum makan malam, kan? Aku bikinin nasi goreng, mau?"

"Aku terserah kamu."

Kedua sudut bibir Brielle mengurva. Dengan senang dia akan memasak nasi goreng.

"Seharian ini kamu ngapain?"

Gerakan Brielle seketika melambat, ia sedikit memberi jeda dan menoleh pada Keenan yang tengah menyandarkan tubuhnya di meja makan sebagai tumpuan, menitik beratkan sebagian bobot tubuhnya. Lelaki itu, selain bersandar juga tengah meminum segelas air putih.

"Tumben kamu nanya."

Meletakan gelas kosong ke atas meja, pundak Keenan mengedik.

"Kamu kan nggak punya proyek, kamu pasti bisa leha-leha seperti biasa."

Mendengkuskan kekehan kecil Brielle mengakuinya.

"Tadi aku puas-puas baca buku, rebahan juga terus banyak tidur," katanya sedikit berdusta. Brielle berjalan menuju kitchen sink, mencuci beberapa bahan masakan seperti bawang bombai, daun bawang, bawang putih, cabe rawit, wortel, pete dan lain-lain.

Keenan mendekati Brielle. Memeluk tubuh itu dari belakang dan memberi kecupan di pundak, "ada yang bisa aku bantu?"

"Mending kamu nonton aja deh, atau ngapain gitu. Kalau kamu di sini malah ganggu ruang gerak aku."

Patuh, Keenan segera menyingkir namun sebelum itu, "ya udah aku mandi dulu."

Brielle tak menjawab dia lebih sibuk dengan aktivitasnya.

Menggunakan kamar mandi yang berada di kamar Brielle, Keenan membersihkan wajah terlebih dahulu dengan kapas, saat membuang sampah ia melihat beberapa stick testpack berada di tong sampah. Semuanya memberikan hasil yang sama. Keenan jadi ikutan gusar, usai menyelesaikan bebersih nasi goreng yang dimasak oleh Brielle sudah siap santap.

Ditatapnya Brielle yang meletakan dua piring nasi goreng ke atas meja makan.

"Mau air dingin atau air hangat?" Tawarnya.

"Air hangat aja."

Brielle paham. Ia mengambilkan air hangat untuk Keenan dan air dingin untuknya.

"Elle," panggil Keenan usai Brielle meletakan segelas air di depannya.

"Hmm?"

"Um ... Kamu nggak suka anabul?"

"Suka sih, kenapa emangnya?"

"Gimana kalau kita adopt anjing atau kucing?"

"Tiba-tiba banget?"

"Nggak juga, aku udah pikirin ini sejak kemarin cuma baru bilang ke kamu. Kamu prefer yang mana?"

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang