Grand Opening

955 90 5
                                    

Keenan sedikit melonggarkan dasi. Terasa kian mencekik saat mamanya menelepon untuk tidak kabur dari jadwal kencan yang sudah beliau siapkan. Bersama partner kencannya yang sama beberapa bulan terakhir, sejauh ini hubungan mereka memang tidak ada peningkatan. Sembari menghela napas pendek, ia membuka pintu cafe. Berjalan mantap dan mencari perempuan yang beberapa kali pernah ia temui.

Entahlah. Apakah mereka akan berhasil? Padahal ini sudah beberapa bulan sejak kali pertama mereka bertemu tapi untuk jadwal kencan saja ditentukan oleh ibu mereka berdua. Brielle lebih sering menunda dengan alasan ia punya project dan belum bisa keluar sementara waktu. Meski Keenan juga bisa menolak jika ia diserang deadline. Tapi Brielle saja sudah susah meluangkan waktu maka ia berusaha meluangkan waktu meski sulit meninggalkan kesibukan.

Keenan menemukan sosok Brielle yang tengah meminum teh dengan elegan, wanita itu mengerutkan sedikit dahinya. Seolah mencoba mencerna rasa teh yang ia cecap. Dilihatnya kelopak mata Brielle sedikit melebar begitu menemukan sosoknya telah tiba. 

Bagi Brielle jarang baginya melihat Keenan dengan balutan suit, yang ada Keenan gemar memakai t-shirt saat bertemu. Dia bukan bermaksud mempermasalahkan cara berpakaian Keenan tapi pakaian pria itu tidak cocok dengan tema kencan mereka. Brielle tersenyum sembari mengangkat tangan. Memberi tanda bahwa dia di sana. Masih dengan gestur yang santun.

Menarik kursi di depan Brielle, "udah lama?"

"Lumayan, aku nggak tahu kamu sukanya apa. Jadi ... "

"It's okay, Elle," potong Keenan memahami maksud Brielle.

Brielle tersenyum. Senyum yang tidak berlebihan.

Keenan memanggil pelayan, menyebutkan pesanannya lalu kembali menatap Brielle yang dalam balutan terusan berwarna pastel ini memalingkan wajah sesaat memerhatikan pemandangan luar dari jendela besar di samping mereka. Tanpa sadar Keenan menyeringai kecil, selalu, diantara mereka Brielle selalu memerhatikan penampilannya dan berpakaian semi formal yang rapi, feminim dan anggun. 

Jika orang di luar sana melihat figur dua orang itu, orang-orang akan menilai mereka tampak serasi.

"Ini kali pertama," ucap Brielle pelan sebagai pembuka. Sampai Keenan benar-benar harus memusatkan indera pendengaran hanya untuk wanita ini. "Kamu terlihat rapi saat kita bertemu."

"Lo mau gue pake suit tiap kali kita kencan?"

Tertawa pendek, Brielle menggeleng.

"Kamu pasti punya kerjaan kan? Makanya tampilan kamu rapi begini."

Datang ke grand opening termasuk kerjaan, Keenan tak menampik.

"Nggak harus pake suit Keen, aku berusaha di setiap kesempatan pertemuan kita kamu menghargainya. Tapi ternyata tidak, kencan ini pasti sepele di mata kamu."

Keenan tak mengerti. Sepertinya bagi perempuan penampilan adalah segalanya.

"Jadi selama ini lo malu tiap ketemu gue kemarin-kemarin," simpul Keenan.

Tak menanggapi, Brielle lebih ingin menegaskan satu hal. "Kayaknya kita emang nggak cocok, harusnya kita berhenti bertemu."

Sejak awal Brielle memang mau dikenalkan oleh anak dari teman mamanya tapi mana dia tahu bahwa pria itu jauh lebih muda darinya. Tingkat kedewasaan memang tidak ditentukan oleh usia, tetapi tetap saja Brielle ingin yang lebih dewasa dari segi usia. Apalagi setelah bertemu, Keenan dan segala hal yang ada pada pria itu terkesan serampangan dan bebas.

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang