Guncangan

298 56 6
                                    

"Jangan nyetir ya, Briel. Mending naik taksi dulu."

Suara Wanda mengalun dari ponsel Brielle. Wanda jauh lebih cerewet dari biasanya. Sementara Brielle mulai melangkahkan kakinya melewati hall utama dari lobi apartemennya menuju pintu keluar. Sudah ada taksi yang menunggu.

"Dokter Gerald itu dokter kandungan aku, orangnya baik dan komunikatif terus empati nya tinggi. Aku udah ngasih tahu perawatnya kalau kamu bakal datang pagi ini."

"Terima kasih. Kamu banyak bantu aku."

Di seberang sana lagi-lagi Wanda menghela napas berat.

"Gimana aku nggak bantu, kamu aja bikin aku khawatir. Maaf nggak bisa nemenin, bocah-bocah lagi rewel banget."

"Nggak apa-apa aku bisa sendiri kok."

Wanda lagi-lagi tersenyum getir, ia memang percaya Brielle bisa sendiri. Sejak awal kan selalu begitu tapi akan lebih mudah jika berdua. Akan lebih mudah lagi jika bersama orang yang tepat.

"Udah dulu ya, Wanda. Taksi ku udah nunggu."

"Ok. Take care. Dan please kasih tahu aku hasilnya nanti."

"Siap."

Jujur saja ini tak mudah. Menyadari bahwa dirinya hamil, menyadari bahwa kehamilannya akan sendirian dan tak ingin membuat semakin banyak orang khawatir. Brielle percaya pada kemungkinan keluarganya sangat mampu memaksa Keenan bertanggung jawab, sayangnya itu bukan pilihan Brielle. Alasan itu bukanlah landasan yang tepat. Ia hanya akan menjebak Keenan. Bukan karena alasan Keenan ingin hidup dengannya seumur hidup tetapi berlandaskan tanggung jawab yang terpaksa diterima.

Siapa yang tidak takut?

Dirinya hamil dan akan melancarkan agenda pelarian yang nanti dimanipulasi sebagai agenda pekerjaan. Skenario itu sudah dibuat semalaman dalam isi kepala Brielle.

Tidak penting usianya sudah cukup bahkan sangat dewasa. Brielle ketakutan. Ia ingin melindungi anaknya sebisa mungkin, menyembunyikan anak itu dari dunianya. Dan semisal harus kembali pun, Brielle berharap anak itu tidak mirip dirinya sama sekali.

Dan meski ketakutan, menyadari ada sosok lain yang hidup dari dirinya menimbulkan gelegak rasa bahagia. Sosok mungil itu akan seperti apa jadinya saat lahir nanti? Meski kata Wanda akan banyak kesakitan dan kesulitan saat melahirkan ... Bagaimana ya cara menjelaskannya, entah bagaimana perasaan Brielle seolah berseru makin kencang. Dia bisa berkorban, meski bertaruh nyawa sekalipun.

"Sekitar hampir 3 minggu lalu saya mengalami flek, saya pikir itu menstruasi tapi itu hanya terjadi 3 hari dan flek yang keluar juga tidak banyak."

Dokter Gerald melihat layar mindray ultrasound. Beliau sudah mendengar tentang Brielle dari perawat sebelum kehadiran perempuan itu di ruangan yang tidak begitu luas namun cukup.

"Flek biasanya akibat penempelan sel telur yang sudah dibuahi ke dinding rahim, kondisi janin juga berkembang dengan sempurna." Sang dokter masih berkonsentrasi menjelaskan sekaligus mengamati. "Jika dilihat dari terakhir menstruasi, umur kehamilan ibu Brielle sudah berjalan selama 5 minggu."

"Bukannya 3 minggu, dok?"

"Kami biasanya menghitung dari kali terakhir menstruasi, bukan dari terakhir anda flek."

Sesi berikutnya perawat membantu Brielle bangun dari ranjang dan duduk di depan meja sang dokter.

"Maaf sebelumnya. Ibu Wanda sudah memberi tahu saya soal masalah pribadi ibu Brielle."

Brielle sama sekali tak masalah, Wanda juga sudah meminta ijin pada Brielle sebelumnya.

"Tidak masalah dok."

Content Creator & Illustrator (Already Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang