1

1.2K 42 14
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Nakula? Kamu mau berangkat sekolah sekarang, sayang?!. " teriak sang ibu dari arah ruang keluarga

Nakula yang tengah berjalan sambil merapikan dasi nya pun jadi berhenti. Sang ibu datang menghampiri nakula yang tengah berdiri dengan raut bertanya menatap jengah sang ibu.

"Ada apa bunda?. " tanya nakula

"Di luar gerimis, soalnya tadikan hujan deras. Ini bawa payung nya, ayah gak bisa nganter soalnya ada meeting jadi langsung berangkat tadi. "

Nakula menerima payung pemberian ibu nya itu, lantas ia mencium tangan ibunya dan berpamitan untuk ke sekolah.

Nakula berjalan sendiri dengan payung yang melindungi nya dari guyuran gerimis yang lumayan lebat, ia berjalan kaki untuk ke sekolah. Menikmati dingin nya pagi yang membuat nya menggigil, sangat dingin sehingga ia tidak bisa berjalan cepat karena suhu tubuh nya perlahan menurun.

"Suka banget ya jalan kaki, sampai-sampai milih hujan-hujanan daripada naik bus. " ucap seseorang membuat Nakula menghentikan langkah nya dan melihat seseorang yang berbicara pada nya tadi

"Riki? . " ucap nakula

"Kenapa? Kaget ya, suka banget ya kamu bikin orang lain khawatir. Udah tahu imun nya lemah masih aja bandel, kamu bohong lagi kan sama bunda mu kalau kamu naik bus?. " nada bicara pemuda di hadapan nya ini begitu ketus dan dingin membuat nakula perlahan mundur untuk menghindari pemuda di hadapan nya itu yang tak lain adalah sahabat nya sendiri.

"Naik." ucap riki membuat nakula bingung

"Mau berangkat sekolah apa gak? Kalau mau naik cepat, hujan makin deras. Aku gak mau lihat kamu masuk rumah sakit lagi, nih pake hoodie ku. Tutup kepala kamu pake hoodie, biar gak basah rambut nya. " riki menyerahkan hoodie nya pada nakula dan di terima dengan ragu-ragu oleh nakula

"Makasih." ucap Nakula, namun ucapan terimakasih nya tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari riki membuat Nakula menunduk sedih sambil mengeratkan pelukan pada hoodie itu.

"Pegangan, kalau mau jatuh gak usah pegangan. " ucap riki, lagi-lagi nada bicara riki begitu dingin membuat nakula menjadi takut

Riki merasakan pegangan erat dari nakula lantas langsung melajukan motor nya cepat, ia tidak mau terlambat berangkat sekolah. Sesampainya di parkiran sekolah, riki memarkirkan motor nya lalu perlahan beranjak. Namun ia melihat nakula masih berdiri diam tak jauh dari nya, membuat ia sebal sendiri.

"Mau masuk apa gak? Ayo aku anterin ke kelas. " ucap riki lalu menarik pergelangan tangan nakula untuk mengikuti nya berjalan

"Udah sana masuk, kenapa masih berdiri aja?." riki tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabat nya itu, suka sekali membuat nya khawatir

"Hoodie nya?. "

"Udah pake aja, kedinginan kan kamu. Aku ke kelas dulu, belajar yang rajin. " riki menepuk pundak sebelah kiri nakula membuat Nakula mengulas senyum nya.

"Lo berangkat bareng nakula? Tumben?. "ucap salah seorang teman sekelas riki

" Ketemu di jalan."jawab riki lalu duduk di bangku nya

Nakula dan riki satu angkatan hanya saja mereka berbeda kelas maupun jurusan, nakula anak MIPA sedangkan riki anak IPS.

"Tra, nanti mapel nya apa aja?. " tanya riki

"Geografi sama sosiologi. " jawab Gatra sambil fokus pada buku nya, gatra itu wakil ketua kelas dan riki adalah ketua kelas nya. Mereka duduk bersama, namun sifat mereka begitu berbeda.

feel different || JUNGWON NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang