15.

180 13 6
                                    

Akhirnya sudah berada di akhir cerita, maaf jika bab sebelumnya ataupun book ini agak mengecewakan. Selamat menikmati bab terakhir book ini, jadilah pembaca yang bijak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah lebih dari 1 tahun setelah kepergian Nakula, Riki bukan lah orang yang gampang terbiasa. Ia tidak bisa hidup tanpa sahabat nya, namun ia berusaha untuk bisa menjalani hari-hari dengan kesendirian tanpa sosok sahabat.

"Bu, Riki ke kantor dulu ya, " ucap Riki saat diri nya sudah siap dengan style kantor nya

"Bu, Riki ke kantor dulu ya, " ucap Riki saat diri nya sudah siap dengan style kantor nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati-hati ya, kalau butuh bimbingan itu bilang sama ayah mu. Jangan diam saja, kamu ini susah banget ngomong kalo ada keluhan, " ucap sang ibu sambil membantu merapikan jas Riki

"Iya bu, maaf ya Riki gak bisa nuruti kemauan ibu soal kuliah. Riki pengen kerja dulu, kalau Riki udah bisa nanti Riki bakal kuliah pasti itu. " Riki menyesal karena tidak bisa memenuhi keinginan sang ibu, namun sang ibu tidak mempermasalahkan. Asalkan sang anak bahagia, ia juga bahagia.

"Iya gak papa, berangkat gih. Udah siang, masa seorang karyawan biasa kaya kamu datang siang nanti di cibir sama atasan dong. "

"Iya bu, Riki kerja dulu. Asalamualaikum, jaga dirimu ibu. " Riki pun meninggalkan sang ibu yang sedang berdiri di ambang pintu menatap sang anak yang sudah beranjak dewasa

Riki berangkat ke kantor naik bus, ia tidak ingin bawa mobil maupun motor. Naik bus itu membawa sensasi berbeda dan itu selalu membuat Riki tenang, ia merasa bahagia dengan kesederhanaan.

"Padahal sudah 1 tahun setelah kepergian mu, la. Tp ternyata aku belum siap kehilangan mu, belum siap melupakan kenangan itu. Sahabat seperti mu adalah sesuatu yang tidak ingin aku hilang kan, namun kenyataan tetap sama. Semua nya sudah berbeda tanpa mu, namun aku tetap Riki yang sama, " benak Riki sambil menatap jalanan itu

Setelah lulus sekolah, Riki memutuskan dengan matang-matang untuk tidak kuliah terlebih dahulu. Ia ingin bekerja dulu baru ia akan kuliah, ini ia lakukan untuk bisa memudahkan nya untuk tidak terlalu memikirkan banyak hal. Ia ingin fokus bekerja sambil belajar ikhlas tanpa Nakula, ia sudah hidup terbiasa dengan adanya Nakula. Semenjak kematian nya ia jadi serba sendiri, serba mencoba mengerti diri dan mencoba belajar untuk tidak terlalu perhatian kepada orang lain secara berlebihan.

Karena Riki terbiasa hidup selalu perhatian kepada Nakula, maka hal itu harus perlahan ia kurangi.

"Selamat pagi Riki, " sapa teman satu perjuangan Riki dan di balas anggukan oleh Riki

Riki mulai mengerjakan tugas-tugas kantor nya, ia memang di kategori kan karyawan yang lumayan sibuk. Bahkan Riki bisa berangkat pagi pulang pagi juga, namun tidak sering takut nya ibu negara marah. Beruntung diizinkan untuk bekerja, bukan nya bersyukur malah buat onar.

"Riki, " panggil sang atasan membuat Riki yang tadinya fokus jadi teralihkan

"Ada apa pak?, " tanya Riki yang sudah menghampiri sang atasan

feel different || JUNGWON NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang