6

234 17 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sore ini hujan turun begitu deras, Riki terpaksa pulang menerobos hujan karena ia ingin bertemu Nakula. Sahabat nya sudah pulang dari rumah sakit, masa ia tidak menjenguk nya lagi.

"Riki, astaga kenapa bisa basah kaya gini? Kamu menerobos hujan?. " tanya sang ibu yang hanya di balas anggukan oleh sang anak

"Riki mandi dulu ya, bu." ucap Riki lalu pergi

Wanita paruh baya itu menatap punggung sang anak yang perlahan menghilang dari pandangan nya, anak nya sudah besar. Ia masih merasa bahwa baru kemarin ia mengantar Riki sekolah untuk pertama kali nya sebagai siswa Sekolah Dasar, sekarang ia sudah hampir lulus sekolah SMA dan akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih serius lagi.

"Riki, kamu mau kemana?. " tanya sang ibu kala melihat Riki sudah rapi dengan membawa kunci mobil di tangan nya

Riki tak menjawab, ia tetap berjalan menuju pintu utama. Ini sudah terlalu sore, ia berjanji pada Nakula akan datang pukul 2 siang. Namun karena hujan ia jadi mengulur waktu hampir 3 jam, Riki melajukan mobil nya dengan kecepatan penuh. Ia hanya ingin cepat-cepat sampai kerumah sahabat nya, ia ingin bertemu sahabat nya.

"Maaf ya aku datang nya terlambat." ucap Riki saat diri nya sudah sampai di kediaman keluarga Adijaya dan sudah berdiri di hadapan Nakula

"Gak papa, aku tahu di luar hujan jadi pasti kamu datang nya terlambat. Ooh ya, gimana sekolah kamu hari ini?. " ucap Nakula, Nakula memang tak pernah mempermasalahkan keterlambatan Riki namun Riki yang tidak enak sudah terlalu sering membuat Nakula menunggu.

Riki duduk di bangku yang tepat menghadap ranjang Nakula, Riki tersenyum lantas menceritakan kejadian di sekolah tadi. Sesekali Nakula bertanya antusias dan tertawa, membuat Riki senang untuk terus menceritakan kejadian hari ini.

"Rakha dan dua teman nya tidak menganggu mu kan? Di grup kelas ku sedang membahas kamu dan geng nya rakha yang beradu mulut di kantin tadi siang. " ucap Nakula membuat tubuh Riki membeku. Ia bingung, apa yang harus ia katakan?

"Bukan apa-apa, itu hanya perdebatan kecil tentang sesuatu hal. Jangan dipikirkan, ada Bano dan Abhidhamma tadi. Aku hanya diam, seperti katamu bukan. Jangan terpancing emosi hanya karena orang tidak penting seperti mereka, aku melakukan apa yang kamu katakan pada ku. " Riki menjawab sambil tersenyum, sebisa mungkin ia tidak terlihat gugup dan bingung

Nakula mengangguk, memang ia selalu berpesan pada Riki untuk jangan terlalu pedulikan pengganggu seperti mereka. Sebisa mungkin untuk bersikap biasa saja dan bodo amat, Nakula selalu menerapkan itu dan ia selalu baik-baik saja. Walaupun pernah beberapa kali terkena masalah, namun ia tidak peduli.

"Apakah kamu sudah makan?. " tanya Nakula, dirinya teringat bahwa sahabat nya selalu melewatkan jam makan.

Riki nampak terdiam sejenak sebelum akhirnya ia menggeleng dan membuat Nakula menghela napas nya pelan, sudah ia duga sebenarnya. Nakula turun dari ranjang nya, meninggalkan Riki yang masih terdiam di tempat.

Nakula kembali datang tp dengan membawa nampan yang berisi dua piring makanan dan dua gelas, ia meletakkan nampan itu di atas meja lalu duduk di sisi kanan Riki yang memang sudah pindah duduk jadi berada di sofa.

"Makan lah, bunda tadi memasak dan aku belum makan. Sekalian saja kita makan bersama, bunda juga tidak mempermasalahkan itu. Bunda malah senang, karena ada yang memakan masakan nya. " ucap Nakula

Nakula tahu, sahabat nya ini tidak akan mau makan jika tidak di paksa. Karena ia masih segan pada keluarga Adijaya, padahal mereka semua biasa saja akan hal itu.

feel different || JUNGWON NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang