5

300 17 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Riki berjalan menuju ruang rawat inap Nakula dengan langkah lemah, ia tak memiliki tenaga walaupun untuk sekedar melangkah.

"Lo habis darimana? Di cariin ortu nya Nakula tadi. " tanya Abhidhamma

"Bukan urusan lo. " jawab Riki lalu masuk ke dalam ruang rawat inap Nakula

Abhidhamma hanya bisa menghela nafas nya mendengar jawaban Riki yang terlewat cuek, ia tahu Riki pasti sedang tidak mood.

"Kamu darimana tadi, ki?. " tanya wanita paruh baya itu

"Cari angin tante, Riki bosen. "

Wanita paruh baya itu lantas langsung menghampiri Riki dan mendekap nya erat, dekapan ini begitu terasa menyakitkan bagi Riki.

"Nakula kritis, ki. " ucap nya membuat Riki terkejut

"Kenapa jadi kaya gini? Riki gak bisa liat Nakula sakit. " ucap Riki, sungguh ia tidak kuat melihat Nakula kesakitan

"Kita berdoa saja pada Tuhan, semoga Nakula cepat sembuh. Kondisi nya lebih baik dari sebelumnya, namun tetap saja belum bangun juga. "

Riki melepaskan dekapan itu, ia menatap wanita paruh baya itu. Seseorang yang sudah ia anggap ibu nya sendiri, seseorang yang mampu menggantikan sosok ibu dalam hidup Riki.

"Tante jangan khawatir ya, Nakula pasti sembuh dan akan kembali lagi bersama kita. "

Wanita itu tersenyum, ia yakin bahwa pemuda dihadapan nya ini bukan lah pemuda yang lemah. Anak nya beruntung memiliki seorang sahabat seperti Riki  seseorang yang selalu ada untuk nya.

Beberapa hari sudah terlewati, Nakula akhirnya sudah sadar kan diri. Tak di pungkiri rasa bahagia ini mereka sangat rasakan, takut akan kehilangan lambat laun menghilang begitu saja.

"Riki kamu kenapa sih? Kok daritadi diam aja?. " tanya Nakula, Riki aneh sekali. Ia sedaritadi terdiam dan tak mengatakan apapun pada Nakula, membuat Nakula heran sendiri.

Abhidhamma dan gachandra juga merasa jengah dengan sikap teman nya itu, tapi mereka memilih diam. Daripada mereka di amuk dengan kebrutalan Riki, bisa babak belur mereka.

"Riki!!. " panggil Nakula dengan nada tinggi membuat Riki terkejut

"Iya, apa kamu butuh sesuatu?. " tanya Riki yang langsung bertanya pada Nakula dengan nada khawatir

"Aneh ih, lihat kak. Riki aneh, masa Riki jadi kaya gini sih?. " ucap Nakula lalu mengadu pada sang kakak, kakak nya hanya tersenyum. Sudah biasa dengan kelakuan random sahabat adik nya itu, tidak heran lagi.

"Aku kaya gini gimana? Aku ngelakuin kesalahan ya?. " tanya Riki bingung

"Jangan diam aja, aku udah bangun harus nya ajak ngobrol kek. Aku bosan Riki, ada kamu di sini masa aku ngobrol sama gachandra dan Abhidhamma. "

"Maaf, cuma lagi kecapean jadi banyak pikiran. "

Nakula nampak terdiam sejenak, melihat sorot mata Riki yang begitu redup. Nakula memang sahabat nya Riki, tp Riki tidak pernah memperoleh kan Nakula ikut campur masalah nya karena ia tidak mau Nakula terkena masalah. Terkadang Nakula merasa tidak berguna menjadi sahabat Riki, karena Riki selalu menghadapi masalah nya sendiri.

"Istirahat aja kalo gitu, aku bisa kok ngobrol sama Abhidhamma dan gachandra. " ucap Nakula karena ia tahu sahabat nya memiliki masalah yang bisa di katakan besar

Riki menggeleng, ia tidak mau menyia-nyiakan sahabat nya. Sekarang ia sudah sadar dan ia harus bisa selalu memberikan apapun yang sahabat nya mau, termasuk mengobrol dengan nya.

feel different || JUNGWON NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang