.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ceklek
Suara pintu di buka membuat seorang wanita paruh baya yang tengah duduk sambil menonton acara di televisi jadi menatap ke arah pintu utama.
"Riki? Apa kamu sudah pulang, nak?!. " teriak wanita paruh baya itu
Suara langkah kaki terdengar jelas, namun langkah nya tak memiliki tanda-tanda akan mendekat. Apa itu bukan riki? Wanita paruh baya itu pun beranjak untuk mengecek apakah putra nya itu yang pulang apakah putrinya yang pulang.
"Riki?. " panggil wanita itu kala melihat putra nya tengah menaiki tangga menuju lantai atas
Riki yang di panggil tetap berjalan menuju tujuan nya, yaitu kamar nya.
"Tumben jam segini udah pulang?. " tanya sang ibu
"Riki ijin bu, nakula sakit jadi riki nganterin nakula. " jawab riki masih tetap berjalan menuju kamar nya
"Ibu sedang bicara pada mu riki, setidaknya berhenti dan dengar kan ibu bicara. " nada bicara sang ibu terdengar ketus untuk kali ini, namun riki tetap cuek dan tetap berjalan terus
"Tidak ada yang perlu di bicarakan, bu. Riki lelah, riki mau istirahat. "
Cepat-cepat riki menaiki tangga lalu masuk ke kamar nya, ia tidak mau membahas hal yang tidak penting sedang kan diri nya sedang letih.
Hubungan kedua orang tua riki itu jauh dari kata baik-baik saja, kedua orang tua nya sudah berpisah sejak usia riki menginjak 13 tahun. Semenjak saat itu riki tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah yang sebenarnya, memang ia memiliki ayah tp dia ayah tiri bukan ayah kandung nya. Berbeda rasanya, walaupun kasih nya tetap sama.
Riki jarang berada di rumah, ia hanya 2 jam atau 5 jam berada di rumah. Sisanya ia pergi bermain dengan teman-teman nya, sang kakak sibuk kuliah di semarang dan akan pulang 2 kali atau tidak sama sekali dalam setahun. Hidup riki sudah kelam sejak perceraian kedua orang tua nya, riki tidak bahagia walaupun ia kaya raya.
"Katanya ayah janji buat selalu ada buat riki, kenapa sekarang malah pergi entah kemana dan gak ada kabar? Kemana janji manis ayah itu. " gumam riki
Setiap kali ia pulang, yang selalu di ingat adalah ucapan ayah nya yang berjanji untuk selalu bersama riki dan membahagiakan riki maupun kakaknya. Tp sekarang, kabar saja tidak ada apalagi bertemu.
Dulu ayah nya memberikan kebahagiaan dan segala nya pada keluarga ini, namun sekarang?! Kabar saja tidak di berikan. Riki frustasi, hanya dengan sering keluar rumah itu dapat membuat nya melupakan masalah rumah. Nakula, salah satu cara yang paling ampuh untuk dapat membuat riki bahagia dan melupakan masalah rumah.
Drrtttt
Panggilan telepon masuk membuat riki yang tengah mengerjakan tugas sekolah nya jadi terganggu, ia pun mengangkat telpon itu.
"Hallo yah, ada apa?. " tanya riki, ternyata ayah nya yang menelpon
"𝘈𝘱𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢? 𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳-𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩?. " terdengar jelas suara kekhawatiran dari sebrang, riki tahu. Ayah tiri nya itu sangat menyayangi nya dan juga dia perempuan di rumah nya kakak nya dan ibu nya maksud nya.
"Tidak ayah, semua nya baik-baik saja." jawab riki seadanya walaupun sejujurnya hati nya terkadang merasa kesepian
"𝘚𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳 𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬. 𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘭𝘱𝘰𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘮𝘶, 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘫𝘶𝘮𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘣𝘰𝘺. "
"Iya, sampai jumpa lagi ayah. "
Panggilan telepon berakhir, terkadang ia berpikir. Apakah ayah nya akan seperti ayah tirinya itu jika ia sedang jauh dari nya, akan merasa khawatir dan selalu memikirkan nya. Apa sebaliknya, malah tidak peduli dan tidak mau tahu.
"Etah lah gue gak tahu. " tutur riki kala ia sibuk pada pikiran nya
"𝐀𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐬𝐨𝐤. 𝐓𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐚𝐧, 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐬𝐨𝐤 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐢𝐲𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤".
KAMU SEDANG MEMBACA
feel different || JUNGWON NI-KI ENHYPEN
Short StoryNakula berjalan sendiri dengan payung yang melindungi nya dari guyuran gerimis yang lumayan lebat, ia berjalan kaki untuk ke sekolah. Menikmati dingin nya pagi yang membuat nya menggigil, sangat dingin sehingga ia tidak bisa berjalan cepat karena su...