7

207 17 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oy Riki!!. " panggil seseorang dengan teriakan nya

Riki yang merasa terpanggil pun jadi berhenti melangkah, ia berniat untuk ke perpustakaan untuk meminjam buku namun karena orang aneh itu Riki jadi berhenti.

"Ada apa?. " tanya Riki dengan ketus nya

"La ilaha illallah, ketus amat bang. Itu noh si Nakula mimisan di lapangan, gue kira ada yang nolong ternyata dia sendirian di lapangan." ucap nya

"Kata siapa lo?. " masih dengan ekspresi datar Riki bertanya walaupun sejujurnya ia terkejut dan khawatir

"Kiti siipi li? Kan gue yang liat dari lantai atas tadi, lagi enak-enak ngemut permen malah liat pemandangan memprihatinkan. "

"Kenapa lo gak bantu, kenapa malah dateng ke gue?. " tanya Riki dengan nada kesal

"Ya gue cuma kepikiran lo, daripada gue panggil laras kan. Mantan lo, ya mending manggil lo kan. " ucap januar

"Apa hubungannya sama laras?. " ucap Riki

Riki langsung berlari menuju lapangan yang di maksud januar, bocah kelas 12 MIPA 6 yang akrab dengan Riki.

"Nakula?. " panggil Riki dan kala itu juga ia melihat begitu banyak darah mengalir dari lubang hidung Nakula

Dengan sigap, Riki merogoh sapu tangan nya dari saku nya dan menutupi hidung Nakula dengan sapu tangan itu. Wajah Nakula sangat pucat, bibir nya bergetar ,dan keringat dingin sudah membasahi permukaan wajah Nakula.

"Kita ke UKS ya, di obati di sana. Di sini terlalu ramai, yuk aku tuntun. " ucap Riki lalu merangkul Nakula

Sesampainya di UKS, Riki langsung membantu Nakula membersihkan darah yang terus merembes keluar. Dengan telaten Riki membersihkan darah dari hidung Nakula, Nakula sedaritadi hanya pasrah dan diam saja.

"Pegang tisu nya, aku pergi bentar. Nanti ke sini lagi, jangan pergi. " ucap Riki lalu berlalu begitu saja

Nakula hanya memandang kosong ke arah depan, ia tidak berniat merespon apapun yang di lakukan sahabat nya itu. Beberapa saat akhirnya Riki datang kembali, ia membawa paperbag entah berisi apa.

"Kamu pasti belum makan? Aku bawa makanan, di makan ya. " ucap Riki lalu memberikan bekal nya pada Nakula, awalnya Nakula menolak namun akhirnya di terima juga.

"Minum dulu sebelum makan dan jangan lupa berdoa. " Riki memberikan sebotol air minum pada Nakula lalu di terima dengan baik oleh Nakula

Riki mendudukkan dirinya di bangku tunggu samping ranjang, menatap Nakula yang sedang sibuk menikmati makanan itu.

"Jangan menatap ku seperti itu. " ucap Nakula dengan nada ketus tp berhasil membuat Riki tersenyum

Riki lantas memilih untuk membaca buku daripada ia melamun, beberapa saat menunggu akhirnya Nakula selesai makan juga. Saat itu juga Riki langsung membereskan bekas makanan Nakula, sedangkan Nakula tetap diam tak peduli apa yang di lakukan Riki.

"Kenapa hmm?. " tanya Riki yang sudah berdiri manis di samping ranjang

Nakula yang sedaritadi diam jadi jengah sendiri, apa maksudnya dari kenapa?

"Apa?. " tanya Nakula dengan ogah-ogahan

"Itu kenapa bisa mimisan? Sakit? Pusing? Apa gimana?. " tanya Riki dengan sabar

Menghadapi Nakula memang harus ekstra sabar, tahu sendiri. Nakula itu sangat bandel dan sulit untuk di beritahu, terkadang maunya suka menang sendiri.

"Gak tahu, aku bukan dokter. " jawaban nyeleneh Nakula berhasil membuat sang sahabat tersenyum bahkan hampir tertawa

feel different || JUNGWON NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang