"Ga, ceritanya si Lala udah 10 juta pembaca tau, gokil banget gak, sih?"
Penuturan dari Alan membuat Angga mengangkat kepalanya.
"Beneran?"
Bukan Angga yang bertanya, melainkan Ham. Alan mengangguk.
"Cerita yang mana?" tanya Ham.
"Itu loh, yang judulnya 'Misi' itu," jawab Alan.
Terdiam sebentar guna mengingat-ingat. Detik selanjutnya. "Oh ... yang itu." Ham mengangguk mengerti.
"Gokil banget gak, sih? Cerita karangannya Lala tuh emang gapernah gagal," kata Alan.
"Biasa aja si, menurut gue," celetuk Angga.
"Emang lo udah baca?" Terlihat gelengan kepala yang diberikan Angga kepada Alan.
"Coba lo baca, Ga. Gue yakin lo pasti tertarik, deh,"
"Mana mau dia, Angga 'kan gasuka baca," cercah Ham.
"Oiya lupa, Angga 'kan paling anti sama buku," sahut Alan menyetujui ucapan Ham.
"Itu lo tau," timpal Ham.
"Angga!"
Ketiganya menoleh. Terlihat dua gadis tengah berjalan menuju meja ketiganya.
"Ada perlu apa?" Alan mewakili bertanya.
"Angga, lo mau gak jadi RP tokoh utama cowok, di cerita gue?" tanya Lala—pengarang cerita yang baru saja memiliki 10 juta pembaca. Gadis yang sedari tadi mereka bicarakan.
"Mau, 'kan?" tanya Risha—sahabat Lala.
"Mau ya? Plis ...." pinta Lala dan Risha bersamaan.
"Nggak."
Bahu keduanya merosot lemas.
Risha berbisik kepada Lala. "Kan, apa gue bilang, Angga gabakal mau."
"Udah Ga, iya-in aja," suruh Alan tiba-tiba.
"Iya, Ga, bener. Kasian tuh anak orang wajahnya melas," tambah Ham.
Angga terdiam, berpikir sebentar.
"Oke, gue mau."
Pupil mata Lala membesar dengan keua sudut bibir yang tertarik ke atas.
"Beneran, Ga?" tanya Lala memastikan.
"Hm,"
"Yes! Makasih, Ga!"
"Lo nanti meranin pemeran utama cowok, ya."
Angga mengagguk.
Suara Bell berbunyi mengalihkan fokus kelima remaja Itu.
"Ini, Ga, novelnya. Lo baca dulu, ntar gue kasih tau apa yang harus lo lakuin."
Lala memberikan novel miliknya.
Angga memandang dalam novel yang berada di tangannya dengan pandangan rumit diartikan.
***
Bell sekolah kembali berbunyi. Angga memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Cowok itu berdiri dan mematri langkahnya keluar kelas.
Baru beberapa langkah, handphone Angga terasa bergetar di dalam saku. Ia mengambil benda pipih itu dan melihat sebuah pesan masuk dari akun IG-nya.
Ga, ini gw Lala
Ktmu di warung depan SklhLantas, Angga meletakkan kembali benda pipih itu. Ia lanjutkan kembali lamgkahnya yang sempat terhenti. Angga mengambil novel yang Lala berikan tadi dari dalam tasnya. Sekilas ia pandang sampul novel itu. Ia balik novel itu dan membaca blurb yang ada di belakang buku.
Kematian Neisha yang mendadak dan tak masuk akal, membuat para siswa dan siswi SMA Trisatya kala itu diterpa rasa penasaran. Neisha yang ditemukan dengan darah yang bercucuran tepat di tengah lapangan utama sekolah SMA Trisatya, membuat para siswa dan siswi saling berasumsi kalau Neisha bunuh diri.
Namun, berbeda dengan siswi lainnya yang percaya asumsi tersebut, tidak dengan Viola—sahabat karib Neisha sedari SMP. Viola bertekad untuk mencari tahu kebenaran di balik kematian sang sahabat. Viola juga tidak sendiri. Disa, Erlangga, Renzo dan Zero yang merupakan teman satu kelas Neisha juga turut bertekad mencari tahu kebenaran tentang kematian sang teman.
Lalu, akankah kelima remaja tersebut berhasil menuntaskan MISI-nya?
Terlalu larut dalam membaca, Angga sampai tidak sadar kalau dia sudah berada di tengah jalan raya. Tepatnya di depan gerbang SMA Wimandala.
"ANGGA!"
Angga mengangkat kepalanya. Sedetik setelahnya, suara klakson mobil mengintrupsinya nyaring.
Tin!
Angga sempat menoleh. Namun ....
Ciiit ....
Bugh!
Duar!
Bus besar itu menghantam pohon yang berada di tengah jalan raya. Pohon besar nan menjulang itu tumbang ke samping mengenai kendaraan yang tengah melintas di jalur sebrang. 2 mobil serta 5 pengendara motor terkena imbas Kecelakaan tak terduga Itu.
Tubuh Angga terpental jauh dengan darah bercucuran. Darah bercucuran dari kepalanya. Tangannya masih menggenggam novel pemberian Lala.
Keadaan sekitar menjadi ricuh. Bisingnya para warga serta desak-desuk dan seruan tangis membuat kepala Angga kian berdenging sakit.
"Tuhan ... gue harap gue bisa hidup kembali dengan semua hal yang gak gue punya di dunia ini. Gue harap, gue bisa miliki semuanya di kehidupan selanjutnya. Gue pengen ngerasain itu semua, Tuhan ...."
Gumamannya redam oleh bisingnya keadaan sekitar. Rasa sakit dikepala Angga kian bertambah dua kali lipat. Samar-samar Angga kembali mendengar teriakan Lala menyuarakan yang namanya.
"Ayah ... ibu ...."
Terlambat.
Bersambung
Author's note
Layaknya tumbuhan yang tumbuh berkembang. Layaknya kebahagian dan kesedihan yang silih bergantian. Semesta memiliki banyak cara agar manusia tidak terus merasakan kepedihan. Semesta memilki takdirnya. Maka dengan adanya cerita ini, saya berharap kalian yang membacanya akan paham, roda kehidupan itu terus berputar. Tidak selamanya manusia akan ada di bawah. Sebab Tuhan memiliki maksud tersendiri dalam memberikan masalah. Jangan bersedih, tapi berbahagialah.
Selamat datang dicerita Transmigrasi Erlangga.
-Murni pemikiran diri sendiri.
-Jika ada kesamaan nama tokoh/latar/alur, maka itu murni ketidak sengajaan.Sekian terima kasih, selamat menikmati.
Happy reading ....
Bangkalan, 23/05/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Erlangga
ФэнтезиMenceritakan tentang seorang siswa SMA yang membantu temannya untuk menjadi Reloplayer salah satu tokoh dari cerita karangannya yang sedang trending dengan jumlah 10 juta pembaca. Saat remaja itu dalam perjalanan keluar dari sekolahnya, ia malah ter...