TE | Chapter 33

134 12 0
                                    

Kedua mata Erlangga tak sengaja melihat siluet gadis yang sangat ia kenali perawakannya. Senyum cowok itu merekah seketika. Tanpa ia dengar celotehan Zero yang berada di sampingnya. Kedua bola matamya fokus menatap objek indah yang dilihatnya.

"Bye!"

Lalu, tanpa menunggu persetujuan kedua temannya Erlangga pergi menyusul Viola. Objek yang tak srngajabia lihat. Mungkin kepergiannya berhasil memancing amarah Zero. Erlangga tidak peduli, yang penting sekarang adalah menemui sosok gadis pujaan hatinya.

Eh? Sejak kapan Viola menjadi pujaan hati Erlangga?

"Hai, Vi," sapa Erlangga menghampiri Viola. Cowok itu berusaha menyamakan langkah kakinya dengan langka kaki Viola.

Viola dan Disa kompak menolehkan kepalanya. Kedua sudut bibir Viola terangkat sekilas. "Hai," balasnya.

"Ck, Viola doang yang disapa, gue kagak," cibiran itu berasal dari Disa. Cewek dengan rambut sebahu itu terlihat merotasikan bola matanya malas.

"Oh ada lo juga ternyata," cengir Erlangga.

"HEH! MAKSUD LO APAAN!? DARI TADI JUGA GUE UDAH ADA DI SINI!"

Viola dan Erlangga sama-sama menutup kedua daun telinganya kala suara nyaring Disa menggelegar. Pandangan mata gadis dengan rambut sebahu utu terlihat menajam dengan gigi yang bergemelutuk amarah. Buku-buku jarinya memutih pertanda ia benar-benar marah.

"Santai santai ... Masih pagi udah marah-marah aja," celetuk Viola mengusap bahu sahabatnya pelan.

"Lagian cowok lo bikin gue emosi," ujar gadis itu terdengar kesal.

"Waw, makasih udah dibilang cowoknya Viola, salting gue,"

Bukannya minta maaf, Erlangga malah kesenengan karna Disa memanggilnya dengan sebutan 'cowok lo' ke Viola. Hal itu, berhasil membuat Disa kontan semakin merasakan amarahnya yang memuncak.

"Ck, terserah lo dah!"

Lalu, cewek dengan rambut sebahu itu melangkah pergi menjauhi Erlangga dan Viola dengan langkah yang penuh akan kekesalannya.

"Eh Disa! Ke rooftoop dulu!" teriak Viola saat Disa hampir berada jauh di depannya.

"IYA!" jawab gadis itu dengan berteriak dan nada ngegas.

Kekehan renyah terdengar keluar dari mulut orang yang ada di sebelahnya ini. Viola memutar bola matanya malas, ia mencubit lengan Erlangga sekilas. Hal itu berhasil membuat Erlangga sedikit meringis sakit.

"Lo ini, ada-ada aja kelakuannya," omel Viola.

Erlangga terkekeh. "Maaf, 'kan tadi gue beneran emang gak liat Disa," ungkap cowok itu.

"Gue liatnya ada bidadari lagi jalan sendiri, makanya gue samperin. Eh, ternyata bidadari-nya dikawal cebu," tambah Erlangga.

"Cebu?"

Erlangga menganggukkan kepalanya singkat. "Hm. Cebu, singkatan dari cewe wibu," jelasnya.

Viola terkekeh mendengar penjelasan Erlangga. "Ada-ada aja...."

Kedua pasang kaki yang sama-sama dibaluti oleh sepatu hitam itu terus melangkah melewati koridor-koridor kelas bahkan menaiki satu persatu anak tangga. Kedekatan keduanya menjadi pusat perhatian seluruh siswa SMA Trisatya. Erlangga dan Viola acuh tak acuh saja kala dirinya menjadi pusat perhatian seluruh siswa. Sudah biasa.

"Suara lo enak, ya, ternyata," celetuk Erlangga yang berhasil menarik kepala Viola unyuk tertoleh menatapnya.

"Sebenernya, bicara biasa aja suara lo udah enak banget, apalagi kalo nyanyi. Beuh, semalem gue dengernya mau pingsan, Vi," Erlangga menyentuh hatinya dengan kedua mata yang terlihat terpejam.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang