TE | Chapter 35

127 11 0
                                    

Clay menghembusman napasnya. "Semua ini salah gue. Maaf, Za."

Celetukan dari Clay menambah adanya kerutan bingung yang tercipta didahi Erlangga. Begitu juga dengan Viola, Disa, Zero, dan Renzo.

Clay melangkah mendekati Erlangga, yang posisinya berada dipinggir kursi kayu besar itu duduk bersebalahan dengan Renzo. Erlangga terkejut, kala Clay tiba-tiba saja berjongkok dengan kepala yang ia tundukkan.

"Lo ngapain?" beo Erlangga yang bingung.

"Aza, gue minta maaf ... Gue nyesel, Za. Plis maafin gue...," lirih Clay yang masih menundukkan kepalanya.

Suasana di bawah rindangnya pohon besar itu berangsur penuh keterkejutan kala Clay, menangis dengan kepala yang tertunduk dalam. Baik Erlangga maupun Viola, entah Renzo atau Disa, tak terkecuali Zero, sama-sama tertegun dengan adanya tetesan air asin  yang keluar dari kedua bola mata Clay.

Mereka berlima sama-sama tertegun, seorang Clay yang sangat ditakuti kala marah karna bisa berubah menjadi iblis, kini ia menangis dengan lirih di depan Erlangga. Clay yang mereka kenal sosok yang sangat tegas, kini ia sedang menangis, tangisannya terdengar lirih penuh akan nada penyesalan.

Maung bisa nangis juga ternyata. batin Zero.

Kelima remaja itu sama-sama bingung, hal apa yang bisa membuat seorang Clay menangis hingga menundukkan kepalanya? Erlangga tertegun, Aza yang berada di dalam dekapannya, ikut menangis dan kian memeluk erat tubuh dirinya. Erlangga benar-benar dibuat bingung.

"Clay? Maksud lo apaan?" bingung Erlangga.

"Maaf, gue yang udah bikin adek lo trauma," tutur Clay. Penuturan itu membuat kerutan bingung didahi Erlangga kian kentara. Trauma apa?

***

Seorang laki-laki berperawakan tegap yang sedari tadi terlihat berdiri dibalik tembok dengan terus mengamati setiap pergerakan seorang gadis yang tak lepas dari pandangan matanya.

Laki itu adalah Clay.

Terhitung sudah 2 jam lamanya cowok itu berdiri dibalik tembok itu. Dengan pakaian yang serba hitam, masker hitam, serta topi hitam yang melekat pada seluruh tubuhnya, cowok itu terus mengamati setiap pergerakan dari gadis yang menarik perhatiannya.

Gadis itu adalah Azalea Coroline Mahendra.

Aza, adalah gadis yang berhasil menarik perhatiannya, yang membuatnya penasaran, sehingga berakhir dirinya yang terus menguntit pergerakan Aza.

Di awali rasa kagum kala tak sengaja melihat sososk Aza dengan wajah imutnya, dan dilanjut dengan rasa penasaran, saat melihat Aza dengan sejuta kelebihannya, hingga akhirnya, tanpa sadar hatinya berlabuh pada sosok gadis kecil yang masih duduk dikelas 3 SMP waktu itu.

Hingga saat Clay sudah lama mengikuti dan terus menguntit Aza, meskipun tanpa sepengatahuan gadis itu. Rasa obsesi untuk memiliki gadis kecil itu tumbuh dalam hati Clay. Cowok itu bertekad, untuk memiliki Aza.

Dan pada suatu malam, ia bersekongkol dengan sejumlah orang yang merupakan anak SMA sebelah. Aza adalah adik dari Erlangga, dan karna Aza adalah adiknya Erlangga, mereka memanfaatkan Aza dijadikan sebagai umpan untuk menjebak Erlangga dan membalaskan dendamnya pada Erlangga. Clay yang sangat ingin memiliki Aza, cowok itu pada akhirnya bekerja sama dengan mereka. Clay bisa mendapatkan Aza, dan mereka bisa membalaskan dendamnya pada Erlangga.

Sepakat, Clay menyepakati persetujuan itu.

Lalu, pada suatu malam, saat di mana Aza sedang berjalan keluar sendirian tanpa ditemani seseorang, merekapun melancarkan aksinya. Clay mendekati Aza, dan mengajak gadis itu mengobrol. Sikap ramah dan ceria yang dimiliki Aza membuat Clay semakin berambisi memiliki gadis itu. Aza dengan sifat lugu dan polosnya mengikuti kemanapun dan apapun yang dilakukan dan diucapkan oleh Clay.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang