TE | Chapter 26

133 9 0
                                    

"Jadi, dulu Keny pernah suka sama Renzo,"

"Hah!?"

Erlangga, Viola, Disa, dan Zero kaget bersamaan. Suara Clay yang memakan kripik terdengar memecah keterkejutan di antara keempat remaja itu. Renzo yang mendengarnya juga terkejut, namun ia tidak sampai berteriak seperti yang dilakukan Erlangga, Viola, Disa, dan Zero.

"Tunggu-tunggu ... Ini maksudnya gimana?" bingung Zero.

Erlangga terkejut, fakta apa lagi ini. Sudah cukup ada banyak fakta yang membuatnya terkejut bahkan tercengang, tidak perlu ada lagi. Kenapa cerita ini selalu dipenuhi kejutan?

"Gapapa diceritain?" Arick menatap Keny. Yang ditatap menganggukkan kepalanya. Arick menghembuskan napasnya sejenak. "Jadi gini...."

***

Keny melangkahkan kakinya menelusuri jalanan taman disuasana malam hari. Dengan dibaluti baju hijau dan rok sebatas lutut yang berwarna hitam, cewek itu terus berjalan dengan beberapa kali air matanya jatuh membasahi pipinya. Kedua langkah kaki gadis itu terhenti kala melihat seorang cowok yang tengah duduk sendirian di kursi taman. Kedua sudut bibirnya merekah kala menyadari kalau otang itu adalah Renzo, cowok yang disukainya.

Sejak pertama kali ia masuk SMA Trisatya, ia sudah dibuat kagum dengan sosok Renzo dengan wajah dingin serta sikap cueknya. Tak ada orang yang tahu adanya sebuah perasaan cintanya kepada Renzo, hanya ia seorang.

"Ren, lo lagi ngapain?"

Keny menghampiri Renzo dan duduk di sebelahnya. Samar-sanar Keny mencium bau alkohol dari cowok yang ada di sebelahnya. Cowok yang ada di sebelahnya tak merespon ucapannya. Renzo duduk dengan pandangan mata yang mengarah ke depan. Penampilan cowok itu terlihat kacau. Dua kancing atas bajunya terlepas, rambutnya acak-acakan dan dia bau alkohol. Keny memaklumi itu, karna yang ia tahu, Renzo adalah anak yang pergaulannya bebas.

"Ee ... Ren, gue ... Mau bilang sesuatu,"

Renzo masih diam. Cowok itu sama sekali tak membalas ucapan seorang cewek yang tiba-tiba ada di sebelahnya. Perasaannya terlalu kacau untuk sekedar berbicara. Meski perkataannya tidak dibalas, Keny tetap duduk dengan perasaan yang campur aduk di sebelah Renzo. Cewek itu, menggigit bibir bawahnya.

"Ren, sejak awal masuk SMA Tri, gue selalu kagum sama sosok lo yang berbeda dari murid lainnya. Lo punya daya tarik lo sendiri yang membuat gue selalu kagum dengan lo," Keny mulai bercerita. "Lama kelamaan, rasa kagum gue tumbuh jadi perasaan cinta. Gue tau, lo banyak dikagumi murid-murid SMA Tri, dan gak nutup kemungkinan juga, lo udah punya dambaan hati sendiri. Gue gak peduli itu, gue cuman mau ngungkapin perasaan gue, biar gue lega," Keny menghembuskan napasnya sejenak. Jantungnya berdetak lebih cepat dengan perasaan tak menentu, otaknya menyuruhnya untuk segera mengungkapkan perasaan itu. " Renzo, gue suka sama lo."

Keny menghembuskan napasnya dengan lega. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman simpul. Akhirnya, perasaan yang ia sembunyikan ia ungkapkan kepada orang yang disukainya. Sudah satu tahun ia menyembunyikan perasaannya itu, bukanlah waktu yang singkat, dan tentu saja tidak mudah. Mengingat Renzo merupakan salah satu most wanted yang dikagumi oleh seantero sekolah.

"Bilang apa lo?"

"Gue suka sam-"

"Gue gak suka sama lo!"

Renzo menyela ucapan Keny. Cowok itu menatap cewek di sebelahnya dengan sorot mata tajam. Gigi-giginya bergemeletuk amarah, rahangnya mengeras, urat lehernya menonjol. Kedua tangannya mulai terkepal.

"Lo denger, 'kan, gue gak suka sama lo!" desis Renzo tepat di hadapan wajah Keny.

Cewek yang ada di hadapannya terlihat memejamkan matanya. Keny meneguk ludahnya, kedua tangannya sedikit bergetar. Ditatap dengan nyalang oleh orang yang disukainya sangatlah amat melukai hatinya. Debaran jantungnya yang tadi sempat mereda, kini kembali menggila, disertai adanya perasaan sakit yang mulai menggerogoti hatinya.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang