TE | Chapter 28

128 13 0
                                    

"Ini, rumahnya?"

"Hm,"

"Kok lo bisa tau?"

Pertanyaan dari Erlangga membuat Zero menggaruk ceruk lehernya yang tak gatal. "Cuman nebak, gue," kata Zero.

Erlangga berdecih. "Nebak apa gimana, bisa bener gitu tebakannya," kedua bola mata Erlangga berputar.

"Sssttt...."

Zero meletakkan jari telunjuknya di depan kedua bibirnya. Lantas, cowok pemilik gigi gingsul itu menyengir lebar membuat Erlangga kembali merotasikan bola matanya.

Viola dan Disa menatap lekat sebuah rumah besar dan mewah dengan 2 lantai itu. Terakhir kali Viola dan Disa menginjakkan kaki di rumah ini, mungkin sekitar 5 bulan lalu, hal itu karna Neisha sangat jarang mengajak Viola dan Disa main ke rumahnya.

"Jadi kangen, sama penghuni-penghuni rumah ini," celetuk Disa dengan pandangan mata yang terus menerawang ke arah rumah besar dan mewah itu. Viola memutar ulang kejadian di mana dulu, Mama kandung Neisha masih hidup dan Viola dan Disa sangat sering mengunjungi rumah besar ini. Sekitar hampir 3 tahun yang lalu, saat di mana ia, Disa, dan Neisha masih menduduki bangku kelas 3 SMP.

***

"Halo Tante...."

Sapaan itu berasal dari Viola dan Disa.

"Eh, ada cewek-cewek geulis-nya SMP Dasadharma, nih..."

Sherly—Mama Neisha menghampiri dua teman anaknya. Sherly bergantian memeluk Viola dan Disa.

"Tante makin cantik aja, deh," celetukan itu berasal dari Disa.

"Iya, diliat-liat kecantikannya malah makin bertambah," timpal Viola.

"Aduh-aduh ... Kalian muji Tante ini tulus dari hati apa karna ada udang dibalik bakwan?"

"Dibalik batu, Ma ... Bukan dibalik bakwan," koreksi Neisha yang sedang duduk di sofa. Cewek itu memutar bola matanya malas menatap Mama dan kedua temannya.

"Iya itu maksudnya, kalian ngaku aja, deh, pasti ada maunya, 'kan," Sherly menatap Viola dan Disa dengan pandangan selidik.

"Hihihi...."

Kedua gadis itu menampilakan cengiran lebarnya. "Bikinin kita bolu lagi dong, Tante...." pinta kedua gadis itu. Bolu buatan Sherly memang tidak ada tandingannya, Viola dan Disa sampai dibuat candu sama rasa yang ada di dalam bolu buatan Sherly.

Sherly menggeleng-gelengkan kepalanya. Kedua teman anaknya itu sangat suka dengan bolu buatannya. Kalau mereka sedang berkunjung ke rumah, pasti kedua gadis itu selalu meminta untuk dibuatkan bolu. "Udah tante duga, sih ... Oke, bakal Tante buatin, tapi dengan satu syarat,"

"Syarat yang kayak biasanya itu, 'kan?" Tebak Viola. Sherly menganggukkan kepala singkat lalu kedua alis wanita paruh baya itu naik-turun menatap Viola dan Disa.

"Siap deh, Tante."

"Mantap ... Tante suka, nih, yang kayak gini,"

Ketiga cewek dengan usia berbeda itu saling ber-tos dengan ria. Di belakang sana, Neisha memutar bola matanya malas. Kalau sudah ada Viola dan Disa, Neisha berasa di-anak tirikan oleh Mamanya. Lihat saja sekarang, Mama dan kedua temannya sibuk mengobrol sementara ia diabaikan.

"Kalian beneran gak mau ngajak gue ikut bicara?"

Celetukan dari Neisha berhasil membuat Sherly, Viola, dan Disa menolehkan kepala dengan berasamaan menatap Neisha. Ketiga perempuan itu kembali saling bertatap-tatapan, seolah-olah mereka bisa berbucara melalui batin, ketiganya sama-sama menganggukkan kepala seperti tengah menyepakati sesuatu.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang