TE | Chapter 17

201 9 0
                                    

Erlangga menghentikan mobil yang dutumpanginya di depan sebuah pagar besar tepat di samping seorang gadis yang sedang bermain Hp sambil berdiri. Di kedua daun telinga gadis itu terpasang sebuah earphon.  Erlangga menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Viola!"

Tinnn!

Viola tersentak. Gadis itu melepaskan salah satu earphone-nya. Viola dapat melihat Erlangga yang duduk di kursi kemudi. Gadis itu mulai melqngkah mendekati mobil dan memasuki mobil mewah ber-merk itu..

"Lho, Aza mana?" Tanya Viola karna tak melihat Aza yang ada di mobil Erlangga.

"Gajadi ikut, katanya ada tugas," jawab Erlangga. Viola menganggukkan kepala mengerti.

"Kenapa lo nunggu di luar?"

"Ya gapapa,"

"Padahal 'kan, gue pengen ketemu sama orang tua lo lagi,"

"Ngapain mau ketemu sama orang tua gue?"

"Biar mereka bisa kenal gue lebih akrab. Biar enak kalo udah mau lamar lo, gue-nya langsung diterima,"

Viola terkekeh. "Masih SMA, udah mikirin lamaran aja,"

"Biarin lah, kita itu harus punya pandangan buat masa depan," kata Erlangga.

Viola manggut-manggut mengerti. "Siap deh, kak Er!" Viola meletakkan satu tangannya miring di bawah alis kanannya.

"Gacocok kalo lo panggil gue kak Er,"

"Kenapa?"

"Ga cocok aja...,"

"Terus cocoknya manggil apa?"

"Bang Er,"

"Jadinya kayak abang-abang tukang bakso, dong,"

"Eum ... Kalo mas Er?"

"Malah kayak mas-mas tukang cukur,"

"Oke, panggil sweetie aja," final Erlangga.

"Sweetie?" Viola mengangkat satu alisnya menatap Erlangga.

"Yes, my sweetheart."

***

"Hai, Arick,"

"Hai, kak."

"Gimana kabar lo?"

"Udah mendingan, besok udah dibolehin pulang sama dokternya."

Viola mengangguk mengerti. Erlangga menduduki sofa yang ada di ruang rawat Arick. Viola meletakkan keranjang buah yang tadi sempat ia dan Erlangga beli dipertengahan jalan menuju rumah sakit di atas meja dekat brankar Arick berbaring.

"kakak lo mana?" Tanya Erlangga.

"Lagi beli makanan, paling bentar lagi juga balik."

Erlangga menganggukkan kepalanya mengerti. Arick memang memiliki seorang kakak laki-laki. Kata Arick, kakak laki-laki-nya juga ber sekolah di SMA Trisatya, namun Erlangga dan Viola belum sempat bertemu dengannya karna waktu itu mereka pulang lebih dulu. Sampai saat ini pun, Erlangga dan Viola belum mengetahui rupa dari kakak laki-laki Arick itu.

Ceklek

Seseorang datang, membuat Erlangga, dan Viola kaget bersamaan. Paras yang dimiliki oleh laki-laki yang baru saja memasuki ruangan itu membuat Erlangga dan Viola sama-sama mengerutkan kening bingung.

"Clay?" Bingung Erlangga dan Viola secara bersamaan.

"Hm?"

Masih ingat dengan Clay? Tukang tidur di kelas 12 IPA 1. Yang waktu itu sempat dijewer telinganya oleh guru. Clay memasuki ruangan meletakkan sebuah kresek di nakas samping brankar.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang