TE | Chapter 45

120 11 0
                                    

Hari demi hari berlalu, tak sampai satu minggu. Dan kini, tibalah saatnya hari pernikahan Gisell dan Evan. Pernikahan yang resepsinya diadakan disebuah gedung mewah kota Jakarta. Dengan mengundang ribuan tamu undangan.

Saat pagi tadi, tepatnya di jam 08:00, gedung itu sudah dipenuhi oleh ribuan manusia. Mulai dari para remaja, sampai ke orangtua. Beberapa kameramen, yang siap mengabadikan momen dan membagikan berita, karna Raja—Papa Gisell dan Erlangga yang notabenya adalah seorang CEO dari sebuah perusaahaan berpengaruh di Jakarta. Dan Elena—yang notabenya merupakan seorang designer serta model, yang majalah dan design-nya sudah merajalela ke seluruh Indonesia.

Dekorasi gedung ini yang terlihat sangat elegan. Membuat seseorang yang melihatnya merasa terkagum-kagum. Tatanan makanan-makanan yang mengunggah selera, dan minuman-minuman mewah, dapat membuat para tamu undangan merasa lapar seketika.

Gaun pernikahan Gisell, yang sudah di design sendiri oleh Elena—Mama-nya, terlihat sangat cantik dan anggun ketika membungkus tubuh Gisell yang sangat ramping. Ditambah dengan riasan wajahnya, yang membuat wajah Gisell kian semakin memesona dan dijamin membuat seluruh pasang mata yang melihatnya terpaku seketika.

Alunan musik yang merdu memasuki gendang telinga. Bau-bau orang kaya memenuhi gedung ini. Para tamu undangan yang kebanyakan memakai jaz berwarna hitam, membuat gedung ini serasa gedung pertemuan para petinggi.

Cewek dengan wajah yang campuran China itu tersenyum penuh haru dan bahagia, dengan Evan—yang kini sudah menjadi suaminya—di depan altar sana. Perasaan Gisell sangat acak-acakan dan tak karuan kala statusnya kini sudah berubah. Satu tetes air mata gadis itu jatuh tanpa sadar.

Erlangga bisa melihanya, tatapan haru dan sendu Evan, yang melihat Gisell yang sudah berstatus sebagai istrinya. Erlangga menghela napas panjang. Bahagia sekali rasanya melihat kedua pasangan itu yang sudah terikat dengan sebuah hubungan.

Sorak meriah dan tepukan tangan heboh, memenuhi seisi gedung kala Evan mengecup kening Gisell dengan kedua bola mata laki-laki itu yang ikut terpejam.

Erlangga sedikit terkekeh, saat Gisell, kakak juteknya terlihat malu-malu kala Evan mengecup sekilas bibir ranumnya di depan ribuan tamu undangan.

Kakak juteknya bisa salting juga ternyata.

Di sebelah Erlangga, Zero mencak-mencak sendiri. Cowok pemilik gigi gingsul itu memandang penuh rasa iri, kepada kedua pasangan suami istri, yang berdiri di depan altar sana. Zero nampak gagah dan berwibawa, dengan jaz hitam yang dipakainya. Sama juga dengan Erlangga dan Renzo, aura tegas dan berwibawa memancar dari ketiga cowok itu.

Disa mengernyit tak suka melihat Zero yang sedari tadi mencak-mencak tak jelas di hadapannya. Gadis dengan rambut pendek itu terlihat sangat cantik dan anggun dengan pakaian kebaya berwarna birunya. 2 gelang serta sebuah kalung berbentuk karakter anime yang melingkar di pergelangan tangan dan dileher jenjanngnya, membuat aura tomboy dan wibu gadis itu semakin kentara meski sedang menggunakan pakaian kebaya.

"Gila lo? Mencak-mencak gaje," cibirnya dengan hunusan tatapan tajam yang ditujukan kepada Zero.

Mendengar cibiran itu, Zero menolehkan kepalanya. Kedua sudut bibir cowok itu melengkung ke bawah dengan wajah yang diimut-imutkan. Melihat mimik wajah Zero, Disa kontan menatap laki-laki itu dengan pandangan jijik dan tak suka yang sangat kentara.

"Sok imut, Anjing!" makinya pada akhirnya.

Viola terkekeh. Gadis itu juga terlihat sangat cantik hari ini. Masih dengan kebaya yang berwarna biru, sama seperti Disa. Rambut panjangnya yang ditata sebagus mungkin, menambah kesan anggun yang memancar dari gadis itu. Erlangga yang berada di sebelah Viola, terpaku selalu melihat sang kekasih yang sangat terlihat cantik hari ini.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang