Suara bising mesin kendaraan mulai kembali terdengar di setiap jalanan besar kota Jakarta. Matahari yang tadi masih malu-malu menunjukkan diri, kini sudah sepenuhnya terlihat. Sinar mentari pagi yang dapat menyehatkan tubuh, dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk berlari pagi.
Setiap individual mulai kembali menjalankan aktivitasnya di Minggu pagi yang cerah ini. Meski hari Minggu umumnya adalah weekend, yang dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk berlibur atau mengistirahatkan dirinya setelah aktivitas penuh yang dilakukan selama enam hari berturut-turut. Hal demikian tidak berlaku bagi para penjual jalanan. Baik hari libur ataupun tidak, sama saja bagi mereka. Baik malam ataupun siang, tidak ada bedanya, mereka terus berjualan untuk mendapatkan sepeser uang sebagai penyambung hidup mereka.
Di sebuah mansion megah nan mewah, terdapat seorang remaja yang masih terlelap dalam tidur nyenyaknya di dalam suatu ruangan besar. Jendela yang ada di ruangan besar itu tertutup gorden, membuat sinar hangat matahari pagi tidak bisa masuk ke dalamnya. Kericuhan serta suara bising yang tercipta dari luar tidak membuat remaja itu terusik tidurnya. Remaja yang tidur telanjang dada dan hanya memakai celana pendek itu semakin menggeliat nyaman di bawah selimut tebal.
Dari arah luar, terdengar langkah kaki seseorang yang seiring berjalannya waktu semakin mendekati pintu ruangan besar yang minim pencahayaan itu.
Ceklek
Suara pintu terbuka. Seseorang berjalan masuk dan berkacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat cowok yang masih terlelap nyaman di atas kasur.
"Er, bangun...."
Gisell, cewek itu menepuk pundak Erlangga pelan. Tidak ada respon. Gisell mencoba menggoyangkan badan Erlangga, dan itu berhasil membuat Erlangga sedikit melenguh.
"Bangun bangun!!!"
Erlangga dengan sisa-sisa kesadarannya mengangguk sekilas dengan mata yang masih terpejam. Posisi tidurnya masih belum berpindah.
"Bangun, mandi, sarapaan!"
Perintah Gisell sekali lagi. Erlangga memberikan respons yang sama, menganggukkan kepala dengan mata tertutup rapat. Karna merasa tugasnya selesai, Gisell melangkah keluar kamar meninggalkan adik laki-lakinya yang masih terbaring dengan nyaman di atas kasur. Setelah Gisell pergi, tanda-tanda kehidupan sepertinya belum nampak dari Erlangga. Cowok dengan lilitan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya itu masih saja terlelap tanpa adanya sedikit pergerakan di atas kasur empuk yang besar itu.
Beberapa menit setelah Gisell pergi, seseorang kembali melangkahkan kaki mendekati kamar Erlangga. Karna pintu kamar yang tadi lupa Gisell tutup, membuat seseorang dari arah luar itu dapat melihat pemandangan yang ada di dalam kamar. Di mana terdapat Erlangga yang masih dengaan nyamannya memeluk guling di bawah tebalnya selimut. Seseorang itu melangkah mendekati kasur Erlangga.
"BANG ER!!! BANGUN!!!"
Sudah bisa ditebak, 'kan, siapa orang yang membangunkan Erlangga untuk kedua kalinya itu. Aza melompat ke atas kasur dan meloncat-loncat layaknya pocong di atas kasur empuk itu. Tubuhnya kecilnya terpental kala ia melompati kasur empuk itu, namun ia bisa menyeimbangkan badannya.
"Bangun bangun bangun bangun!!!"
"Engh ... Iya-iya Za."
Tampaknya ada sedikit respons dari Erlangga. Aza menghentikan loncatannya di atas kasur Erlangga dan turun ke bawah.
"Bangun lho ya, jangan tidur lagi!" Seru Aza tepat di daun telinga Erlangga. Seolah-olah Aza sudah tau kalau Erlangga tidak akan bangun semudah itu.
Erlangga mengangguk mengerti. "Hem, sana pergi." Usir Erlangga dengan satu gerakan tangan namun matanya masih terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Erlangga
FantastikMenceritakan tentang seorang siswa SMA yang membantu temannya untuk menjadi Reloplayer salah satu tokoh dari cerita karangannya yang sedang trending dengan jumlah 10 juta pembaca. Saat remaja itu dalam perjalanan keluar dari sekolahnya, ia malah ter...