Seorang siswa yang tengah bermain Mahjong di komputer perpustakaan--Mmm, sebenarnya tidak begitu penting mengenalnya, dia hanya seorang siswa yang terlampau biasa, sepertinya tidak begitu menarik untuk mengenalnya. Tapi, mau bagaimana lagi karena siswa itu yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita kali ini, jadi, yukk, kita kenalan saja lah.
Mahesa Putra Pratama Laksana.
Dari rangkaian nama itu saja sudah bisa kita tebak kalau dia adalah putra pertama dari Bapak Laksana, iya, pertama dan terakhir karena Bapak Laksana sudah almarhum sejak Mahesa berusia 8 tahun dan kala itu belum sempat dikaruniai adik. Usia Mahesa kini adalah 17 tahun, baru beberapa hari kemarin dia menginjak usia 17. Mahesa adalah siswa kelas 2 SMA yang kalau ditanya hobi, jawabannya: gak tahu, cita-cita... : apalagi.
Brukk...
Beberapa buku dihempaskan ke atas meja dan didorong ke arahnya.
Mahesa menggerakkan mouse. Keluar dari game kemudian masuk ke aplikasi pendataan.
"Kartu perpus?"
Seorang peminjam buku itu memberikan kartu perpustakaannya.
"Veronika Kuswadi, buku yang kemarennya belum lo kembaliin."
"Iya, nanti gue kembaliin sama uang dendanya. Sekarang cepetan data! Gue lagi buru-buru."
Mahesa segera mendata ketiga buku pinjaman itu.
"Balikin buku kemaren," ucapnya sembari mendorong ketiga buku yang selesai dia masukkan ke catatan pendataan.
"Iya, bawel!" rutuk siswi bernama Veronika itu sembari melengos pergi.
Bel tanda jam pelajaran telah selesai berbunyi.
Mahesa melihat jam di tangannya lalu mendesah panjang. Padahal dia masih betah berada di dalam perpustakaan yang hening dan punya semerbak wangi aroma terapi yang keluar dari beberapa diffuser yang tersimpan di pojok ruangan.
Setelah mengeluarkan game Mahjong-nya, Mahesa beranjak.
"Bu, udah ya," katanya pada ibu penjaga perpustakaan yang sedang sibuk dengan komputer yang satunya.
"Iya, Ca, makasih ya."
Mahesa mengangguk kemudian keluar dari perpustakaan.
Jam pelajaran olahraga telah selesai. Mahesa tidak mengikuti jam itu karena... ya, dia punya semacam keistimewaan yang membuatnya terbebas dari segala urusan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan yang membahayakan fisik.
"BOI!"
Lelaki bertubuh cukup kekar dibanding dengan tubuh kurus Mahesa itu sebenarnya bernama Kalvin, dia dipanggil Boi karena dulu pernah bergaya rambut agak panjang dan acak-acakkan seperti tokoh Boboiboy. Yang pertama kali manggil Kalvin 'Boi', ya, Mahesa, temannya sedari SMP, yang entah punya dosa apa Kalvin bisa sampai sekelas terus-terusan dengan orang itu sampai sekarang.
Kalvin menunggu Mahesa yang mengayunkan langkah lebar ke arahnya.
"Basket?" tanya Mahesa setelah dia sampai di samping Kalvin.
Keduanya kemudian melangkah bersama menuju kantin.
Kalvin menggeleng. "Volly," sahutnya.
Mahesa mengangguk dengan mulut membulat kecil.
"Eh, Ca, Bang Okta sama Rania itu pacaran, ya?"
Mahesa melirik Kalvin yang tiba-tiba bertanya seperti itu. Tapi saat melihat ke depan dan mendapatkan sosok yang dibicarakan--Rania, Mahesa mengerti kenapa Kalvin tiba-tiba bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A. C. E (OnGoing)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Layaknya api lilin yang rentan mati terembus angin.