Tadinya Mahesa tidak mau pergi ke acara ulang tahun sepupu Kalvin itu, lagi pula dia juga baru keluar dari rumah sakit pagi tadi.
Tapi, Mahesa menguping-nguping, sepertinya malam minggu ini Okta akan pergi malam mingguan dengan pacarnya, itu berarti Mahesa akan melewati malam minggu di rumah dengan sangat membosankan sendirian. Mamanya juga lagi banyak orderan pasti lembur sampai malam.
-
"Ma."
Mahesa menghampiri mamanya di tempat kerja--bukan bangunan khusus, itu hanya rumah kosong di samping rumahnya yang disewa Mama untuk menyimpan dan mengemas barang-barang dagangannya, di sana Mama juga punya beberapa karyawan untuk membantu.
"Iya?"
Mama Yuni menyahut tanpa menoleh, dia sedang fokus pada lembar kertas dan komputer di hadapannya.
"Malem ini Eca mau ke ulang tahun sepupunya Kal, ya? Dijemput Kal, kok."
"Pake mobil gak jemputnya?"
"Pake lah, Kal, kan, hapal banget aturan antar-jemput anaknya Mama Yuni."
"Ulang tahun? Kadonya udah ada?" tanya Yuni sembari kemudian melirik putranya yang tengah berdiri di samping meja dengan tangan tertumpu pada meja itu.
Mahesa nyengir.
"Cewek atau cowok? Usia berapa?"
Mama terpeka. Inilah untungnya punya Mama penjual segala macam jenis barang.
"Cewek, Ma, ulang tahun yang ke-17."
Yuni bangkit. "Duduk sini, tungguin, Mama ambilin sama sekalian bungkusin dulu," katanya lalu keluar dari ruangan kamar yang disulap jadi ruang kerja khusus untuk Yuni sendiri itu.
Mahesa kemudian duduk di kursi putar dengan sandaran punggung yang empuk; tempat mamanya setiap harinya seharian duduk.
Di sisi-sisi bawah monitor komputer, tertempel foto-foto Mahesa kecil yang dicetak berukuran 3 R.
Mahesa menyentuh mouse lalu me-minimize lembar kerja mamanya.
Yang menjadi wallpaper layar komputer adalah foto keluarganya; Mama Yuni, Alm. Papa Laksa, dan Okta juga ikut. Itu foto studio yang diambil beberapa bulan sebelum papanya meninggal, saat itu Mahesa baru naik kelas ke kelas dua SD.
Papanya meninggal secara mendadak di kantor tempatnya bekerja, dulu papanya adalah seorang manager di salah satu perusahaan besar.
Katanya yang menyebabkan sang papa meninggal kemungkinan adalah karena serangan jantung mendadak atau pecahnya pembuluh darah di kepala secara tiba-tiba, entah yang mana yang benar, yang pasti papanya tiba-tiba pingsan dan tidak bangun lagi. Saat itu mamanya tidak mengusut kejelasan penyebab kematian Papa; hanya mempercayai takdir sebagai penyebabnya.
Mahesa mengarahkan mouse pada ikon start lalu mengetik 'Mahjong'. Munculah game keunggulan Mahesa dalam mengisi kebosanan.
Mahesa tidak ingin banyak bersedih saat mengingat papanya, dia yakin papanya ada di sekitarnya, selalu menjaga Mahesa.
"Jam berapa berangkatnya, Ca?"
Mahesa mengeluarkan game, melirik Mama Yuni yang melangkah membawa paper bag kecil.
"Jam setengah 7 malem, Ma."
"Oh, malem?"
Mahesa mengangguk.
Yuni memberikan paper bag yang dia bawa.
"Jangan lupa kaca matanya dipake, Ca, jangan keseringan pake Softlens, nanti iritasi matanya, apalagi ngerinya kamu suka kebawa tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
A. C. E (OnGoing)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Layaknya api lilin yang rentan mati terembus angin.