"Ah, gue bingung deh, nanti ke nikahannya Mama Eca pake baju apa, ya?"
Kalvin melirik Vero.
"Kek yang diundang aja lu," sinisnya.
Vero menarik kedua sudut bibir sembari mengangkat handphone.
"Tara... dikirim undangan langsung sama yang punya acara," serunya sambil memperlihatkan undangan digital yang bertuliskan namanya, yang dikirim oleh nomor kontak bernama 'Eca🤗'.
Kalvin kemudian melirik Mahesa yang sedang asik dengan handphonenya, tidak mempedulikan perempuan yang lagi besar kepala hanya karena undangan yang dia kirim.
"Kok, lo undang dia sih, Ca?" kata Kalvin seolah tidak rela.
"Giliran gue nggak. Pilih kasih!"
Kalvin melipat tangan di dada dengan bibir mencuat.
Mahesa meliriknya santai.
"Tante Sandra udah dapet. Di undangannya ditulis Sandra dan keluarga. Lo termasuk keluarganya, bukan?"
Bibir Kalvin tetap mencuat.
"Mau yang kayak Vero!" sentaknya.
Mahesa menghela napas, menatap sahabatnya dengan jijik.
"Kenapa sih lo, Boi? Najis bener. Punya adek sana lo, biar gak kek bocah!"
Vero melirik Kalvin. "Kal..., " panggilnya. Lalu bola matanya bergulir ke arah Mahesa. "Tahu deh yang mau punya adek, bentar lagi jadi abang yang dewasa banget."
Mahesa menegakkan punggung. Berlaga dewasa di hadapan teman-temannya, bodo amat, Kalvin tidak tahu banyak tentang aib Mahesa yang masih suka digendong Okta.
Kalvin mencebik, tangannya masih bersidekap di dada.
"Vibes abangnya berasa kek dipaksain bener. Gak diizinin ke Jogja aja mewek, sok-sokan," sindir Kalvin.
Mahesa menoleh dengan mata yang melebar.
"Kata siapa lo?"
"Nyokap lo curhat sama nyokap gue terus gue nguping," sahut Kalvin.
Mahesa memalingkan wajah dengan punggung yang tetap tegak, biarlah satu aibnya terbongkar, dia tidak akan menurunkan pamor abangnya. Bisa-bisanya Kalvin nguping curhatan Mama Yuni.
Vero merapatkan bibir erat, ingin tertawa, tapi takut Mahesa marah. Jangan sampai Mahesa marah padanya, nanti lusa, kan, dia mau datang ke kondangan mamanya.
-
Ini hari Jum'at dan besok adalah hari akad Yuni dan Dika, yang akan dilaksanakan di rumah Yuni. Untuk resepsi-nya akan diadakan di sebuah ballroom hotel pada hari Minggu.
Saat Mahesa sampai rumah, rumahnya sudah ramai, banyak saudara-saudara dan sepupu-sepupu yang sudah datang; saudara-saudara mamanya, termasuk mamanya Okta, beserta anak-anak mereka.
Mahesa menyalami satu per satu saudara-saudaranya itu. Mamanya Okta tersenyum manis dan memberikan pelukan singkat pada Mahesa, ada tiga adik Okta juga yang masih kecil-kecil dan papa sambung Okta juga ada.
-
Tok... tok.
Pintu kamarnya terbuka. Mahesa baru selesai berganti seragam.
Yuni masuk membawa nampan berisi piring dan dua buah gelas jangkung dengan isi yang berbeda: air putih dan jus berwarna merah muda.
"Gak usah keluar, ya, Ca. Abis makan, tidur aja," ucap Yuni sembari meletakkan nampan yang dia bawa ke atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
A. C. E (OnGoing)
Fiksi Remaja**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Layaknya api lilin yang rentan mati terembus angin.