"Berenti, Boi, berenti ...."
"Paan sih, Ca? Gak lo suruh berenti juga gue bakal berenti, orang lampu merah."
"Liat tuh si Okta, bener-bener, anak orang dianter, adek sendiri ditinggal."
"Lo, kan, sepupunya bukan adeknya."
"Tapi, kan, gue udah anggep dia tuh kakak."
"Ya elo itu, dia mah gak anggap lo adek. Beban punya adek tukang nebeng kek lo mah."
"Woah, ternyata gitu lo, Boi."
"Kalo bukan karena anaknya Tante Yuni, gak akan mau gue juga jemput lo, Ca. Ribet, kudu banget pake mobil."
"Napa emang kalo gue anaknya Mama Yuni?"
"Nyokap gue, kan, suka kredit barang di nyokap lo."
"Oh, jadi pertemanan kita selama ini hanya berdasarkan hubungan pengkreditan orang tua?"
"Iya, kenapa lo? Mau ngambek terus turun dari mobil gue?"
"Ya, nggaklah! Nebeng dulu, tar ngambeknya pas udah sampe sekolah."
"Cih!"
--
KAMU SEDANG MEMBACA
A. C. E (OnGoing)
Novela Juvenil**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Layaknya api lilin yang rentan mati terembus angin.