"Mahesa Putra."
Mahesa menerima selembar kertas izin itu.
"Bisa sendiri atau mau dianter ke kelasnya?"
"Bisa sendiri, Kak."
Jam pelajaran ke-2 sedang berlangsung, dan Mahesa sudah meninggalkan kelas dari jam pertama dengan alasan tidak enak badan. Kalvin sibuk latihan, kalau tidak sibuk dia pasti dengan segala caranya bisa menemani Mahesa di UKS tadi, juga membantunya mengambikan tas dan memberikan surat izin saat Mahesa memilih pulang seperti sekarang ini. Sayang sekali Kalvin sedang sibuk, bahkan dia tidak tahu Mahesa pergi ke UKS di jam pelajaran. .
Setelah memberikan surat izin, juga izin langsung kepada guru yang sedang mengajar, Mahesa membawa tasnya kemudian berpamitan untuk pulang lebih awal.
Dia sudah menelepon Yuni, Mahesa akan menunggu kedatangan mamanya itu di pos satpam.
-
"Mama bilang jangan sekolah, ngeyel sih kamu."
Mahesa melemparkan tas ke jok belakang lalu memasang sabuk pengamannya.
"Apa yang dirasain?" tanya Yuni.
"Pusing, lemes, gitu aja kayak biasa."
"Ke rumah sakit, ya. Ada berdarah, gak?"
"Nggak ada. Gak usah ke rumah sakit, Ma. Eca cuma kurang tidur semalem."
Mahesa menyahut dengan suara yang pelan dan terdengar lunglai.
Yuni menghela napas.
"Belum ada setengah hari ditinggal Okta. Jangan jadi beban lho, Ca. Mama tahu ditinggalin Okta pasti berat buat kamu yang udah terbiasa sama Okta dari kecil, tapi jangan sampe ngaruh ke kesehatan kamu, ya, Ca. Walaupun gak ada Okta, sekarang, kan, ada Papa Dika, ada Shahyan, ada Fazan."
"Iya, Mamaaa. Siapa juga yang jadiin beban. Tadi doang awal-awal kepikiran, sekarang udah nggak. Eca gak enak badan karena semalem gak bisa tidur aja."
Mahesa kemudian memejamkan mata karena rasa pusing selalu membuatnya mengantuk.
Yuni melirik dan tidak jadi bersuara saat melihat mata Mahesa sudah terpejam.
-
"Ca, bangun, udah sampe."
Mahesa mengusap matanya. Melepas sabuk pengaman dan mengambil ranselnya di belakang lalu membuka pintu mobil.
Mama Yuni sudah menunggu di luar pintu.
Biasanya kalau sedang begini akan ada Okta yang menggendongnya.
Yuni meraih lengan Mahesa untuk menuntunnya berjalan.
"Abang Eca pulang."
"Ayan, lagi ngapain?" tanya Yuni pada bocah yang jelas-jelas sedang memegang dot-nya, bocah itu hanya bermain dengan pengasuhnya karena Fazan sedang sekolah.
"Iat dapen sama Sus Ima."
Shahyan mengikuti langkah Yuni menuju kamar Mahesa. Yang dimaksud dapen oleh bocah itu adalah Dolphin yang dibaca 'dälfən: lumba-lumba, yang ada di iPad.
Yuni membantu Mahesa berbaring nyaman di ranjangnya.
Shahyan yang ikut masuk ke dalam kamar, tangan gembulnya mulai merayap-rayap memegangi segala pajangan mainan Mahesa. Sus Ima terus mengekor di belakangnya, mencegah Shahyan untuk mengambil atau mengacaukan mainan-mainan yang terpajang rapi dalam rak yang tanpa kaca itu.
Yuni menyelimuti Mahesa lalu berbalik.
"Ayan, mau buah, gak? Mama ambilin buah, yuk," ajak Yuni.
Shahyan menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A. C. E (OnGoing)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Layaknya api lilin yang rentan mati terembus angin.