Ada untungnya juga keberadaan Afta. Selesai makan malam, Okta diajak keluar oleh Afta, katanya mau ngopi sambil ngobrol. Mahesa juga diajak oleh Okta tapi menolak, selain karena sudah punya janji, juga karena sepertinya Afta-nya sendiri tidak berniat untuk mengajak Mahesa, mungkin dia hanya mau mengobrol berdua dengan Okta.
Mama Yuni sudah jelas lembur, tadi hanya pulang untuk makan malam lalu kembali lagi ke kantornya.
Mahesa memesan kendaraan di ujung jalan, berjalan sedikit dari rumah.
-
"Katanya jam setengah 7."
"Lo juga baru sampe."
"Gue udah dari tadi nangkring di motor depan rumah, nunggu komando dari lo."
"Jangan ngomong terus, Ver. Gue cuma punya waktu kurang dari satu jam."
Vero menghela. "Lo itu gabungan antara Rapunzel dan Cinderella. Ayok, buruan, naek! "
"Pake motor? Mau ke mana?" tanya Mahesa.
"Ada pasar malem di lapangan kosong deket rumah gue."
"Jauh, gak?"
"Deket. Buruan naek!"
Mahesa naik ke motor Vero dengan ragu.
"Pelan-pelan aja, Ver, jangan ngebut-ngebut," katanya.
Vero melajukan motornya pelan.
"Tadi siang aja lo minta kecepatan normal."
"Iya, kan, itu siang, sekarang malem, gelap, rawan jatoh."
Vero terkekeh. "Takut juga, Ca, jatoh?... Tenang, Eca, aman banget kalo sama gue. Jangan takut."
-
Pasar malam yang dimaksud Vero itu ternyata sangat ramai.
Vero sudah turun dari motor. Mahesa masih nangkring aja di atasnya.
"Cari tempat sepi aja deh, Ver."
"Heh, gue ngeri diapa-apain sama lo kalo tempat sepi."
Mahesa mendecih sembari memutar bola mata.
"Males!"
Vero tertawa.
"Ayok, Ca, 15 menit aja. Seenggaknya lo harus ngerasain masuk ke pasar malem, sayang banget kalo seumur idup gak pernah. Abis itu kita pergi deh, ayok," ajak Vero.
Mahesa mengulum bibir, sangat ragu.
"Ecaaa... ayookk."
Vero merajuk di hadapannya.
Mahesa mendesah lalu turun dari motor.
"Jangan masuk ke kerumunan," katanya.
"Ini tuh di luarnya aja rame, Ca, di dalemnya gak terlalu berkerumun kok."
Vero mengajak masuk ke gerbang pasar malam yang berhiaskan lampu-lampu kecil itu.
Dia terkekeh melirik Mahesa yang terasa berpegangan pada belakang jaketnya.
"Lo kenapa gak pake jaket sih, Ca? Aneh banget kalo siang jaketan, giliran malem kaosan doang," kata Vero, baru sadar untuk mengomentari pakaian Mahesa.
"Siang, kan, panas. Malem ini juga gak dingin, gerah, jadi males gue pake jaket."
Mahesa sedang percaya diri pakai kaos pendek karena sedang tidak ada lebam yang terlihat jelas di tangannya, ada samar-samar yang tidak akan terlihat kalau malam karena cahayanya temaram.
KAMU SEDANG MEMBACA
A. C. E (OnGoing)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Layaknya api lilin yang rentan mati terembus angin.