PART 13

1.6K 337 24
                                    


Seperti biasa mobil Okta akan berbelok ke halaman rumah Rania dan dia akan keluar untuk menyapa sekilas orang tua Rania.

Mahesa melihat dari dalam mobil.

Kemudian Okta membukakan pintu untuk pacarnya terlebih dulu, baru dia memutar menuju pintu mobil sebelah kanan.

"Hai, Ca. Udah sehat? Maaf ya, gue gak sempet jenguk lo kemaren," perempuan manis itu berucap begitu memasuki mobil.

Mahesa hanya mengangguk-angguk.

Okta masuk ke dalam mobil, menyempatkan diri untuk melirik Mahesa yang duduk di belakang.

Lalu mesin mobil dinyalakan.

-

Karena kejadian Mahesa tidak masuk sekolah dalam waktu yang lama adalah hal yang biasa, jadi saat dia kembali masuk sekolah, semua temannya biasa saja. Paling hanya beberapa yang melontarkan pertanyaan basa-basi, seperti yang diucap Rania tadi.

"Boi, besok-besok lo jemput gue dong."

"Atas dasar apa gue harus jemput lo? Gue jomblo bukan berarti gue free, ya, Ca."

Mahesa mendesis.

"Jahat banget lo. Tolongin gue lah, bosen tahu jadi nyamuk."

Kalvin melirik temannya itu kemudian refleks menyemburkan tawa saat melihat raut wajah Mahesa.

"Miris banget emang lo. Kebayang sih gue," katanya.

Mahesa memajukan bibir.

"Makanya, lo ada mau dikit kek jemput gue."

Kalvin menghela napas. Bukannya dia tidak mau.

"Males gue tuh kalo berangkat sekolah pake mobil, ribet."

"Ya, pake motor aja."

"Gila lo, Ca. Gede banget tanggung jawab gue, bawa lo di motor."

"Selama gak jatoh, gue aman kok, Boi," ucap Mahesa.

Kalvin menggeleng-gelengkan kepala.

"Deg-degannya lebih-lebih dari bawa anak presiden. Gue bisa jadi siput di jalanan. Nggak dah, nggak."

"Lo gitu banget sih."

Bibir Mahesa makin maju.

Kalvin meliriknya. Kasihan juga sih jomblo satu ini.

"Oke, iya, gue jemput. Gak janji tiap hari tapi."

Mahesa perlahan mengembangkan senyum lebarnya sembari mengangguk-anggukan kepala.

-

Rutinitas Mahesa di pulang sekolah: pastilah tidur. Tidur siang itu sudah jadi seperti kewajiban untuk Mahesa. Dan dia baru akan bangun di sore hari.

Saat keluar dari kamar, Mahesa mendengar suara ramai... ya, tidak seramai pasar, hanya sedikit terdengar keramaian berupa suara obrolan, itu sudah termasuk ramai karena biasanya, kan, rumahnya sepi.

"Bang Alan."

Mahesa memperlebar langkah kaki menuju ruang keluarga.

Yang dipanggil menoleh. Seorang perempuan yang ada di sana pun ikut menoleh.

"Lama banget, Ca, tidurnya, gue udah dari tadi lho."

Mahesa mengulurkan tangan untuk bersalaman sopan dengan Alan dan istrinya, lalu sekilas dia mengelus-elus lembut pipi bayi Alan yang ditidurkan di atas sofa.

"Eca kalo tidur tembus sampe besok juga bisa, Lan. Paling jagoan dia mah."

Yuni bersuara di sela langkahnya yang menghampiri mereka sembari membawa kotak kue.

A. C. E (OnGoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang