Hari ini, Sandra memasak banyak menu makanan. Bukan untuk sarapan saja, tapi untuk bekal yang akan dibawa Arnes dan juga dirinya.
Wangi harus tercium, Arnes yang baru saja siap dengan pakaian kantornya langsung ke meja makan di mana Sandra ada di sana sedang menyusun makanan ke kotak makan.
"Mau bawa bekal?" tanya Sandra.
"Mau."
Sambil menyiapkan bekal untuk Arnes, Sandra juga melayani Arnes terlebih dahulu.
"Masak sebanyak ini? kamu gak cape? emang keadaan kamu udah membaik?" Arnes melihat ke piringnya juga penuh. Sandra menaruh semua lauk pauknya ke piringnya.
"Alhamdulillah, udah," jawab Sandra. "Maaf, kemarin-kemarin jadi kamu yang masak."
"Gak papa, yang penting masakan aku gak sia-sia dan kamu suka." Sesudah mengatakan itu, Arnes fokus untuk makan.
"Kita berangkat bareng, kamu udah siap-siap?" Arnes melihat Sandra, pakaian istrinya memang sudah rapih. Tapi bisa saja ada yang belum Sandra bereskan.
"Udah, tinggal ambil tas aku aja di kamar sama bersihin meja." Sandra memasukkan bekal Arnes ke dalam paper bag berwarna cream dan dirinya juga sama.
"Kamu ambil tas aja, aku bantu bereskan meja." Makanan Arnes sisa sedikit, dia berdiri dan menumpuk barang-barang dan piring-piring kotor.
"Okeh, makasih." Sandra membuka celemek nya untuk masuk ke kamarnya.
Bukan hanya membereskan saja, Arnes juga mencuci baran dan piring kotor yang sudah Sandra gunakan memasak. Arnes tak ingin saja Sandra sakit lagi karena kecapean. Cukup kemarin-kemarin saja, karena itu selalu membuat hatinya khawatir.
"Kok kamu cuci piring, udah gak usah." Sandra menahan tangan Arnes yang memegang spons.
"Tanggung sedikit lagi, kamu tunggu dulu." Arnes menyingkirkan tangan Sandra perlahan.
"Tapi kamu udah rapih, biar aku aja." Sandra tetap kekeuh. Dia tidak mau saja yang lagi-lagi Arnes mengerjakan tugas di dapur.
"Ya udah berdua, kamu taruh piring ke rak yang udah aku cuci." Dari pada berdebat, Arnes membagi tugasnya.
Tanpa menjawab Sandra mengiyakan dengan tindakannya membantu Arnes. Keduanya berdiri bersampingan, saling berbagi tugas yang membuat siapa saja iri melihat pasangan itu, karena kebanyakan rumah tangga, istri lah yang selalu ditugaskan di dapur apapun keadaannya. Padahal, tidak begitu kodratnya. Baik istri maupun suami, keduanya lelah, dan setiap tugas yang ada di rumah hendaknya mereka berbagi.
Begitu tugas selesai, keduanya berangkat untuk bekerja. Baju yang selalu Sandra kenakan tak terlalu cerah atau gelap. Hanya kemeja cream dan rok coklat. Untuk hijabnya menyesuaikan dengan luaran blazer.
"Pulang jam berapa nanti?" Arnes memulai percakapan lebih dulu dengan bertanya.
"Sekitar jam delapan malam habis isya." Sandra tak melihat jadwal lagi, karena Febri sudah memberitahu nya semalam.
"Makan diluar atau makan di rumah?"
"Di rumah." Tanpa berpikir, Sandra mengatakannya langsung.
"Okeh."
"Besok-besok gak usah nawarin untuk makan diluar, ya," kata Sandra serius.
Arnes yang fokus menyetir sesekali melihat ke arah Sandra. "Kenapa?"
"Aku gak suka makanan luar yang dimasak orang lain, selain makanan masakan sendiri, orang tua aku, dan kamu," jawab Sandra. Tanpa disadari Sandra sudah terbuka dengan Arnes.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You [END]
SpiritualSandra wanita yang sulit mengekspresikan dirinya. Sulit mengeluarkan emosional yang kerapkali dia merasa marah, sedih, dan bahagia. Kepribadiannya yang seperti itu, sangat sulit ditebak oleh siapapun. Apalagi untuk orang didekatnya, yang sudah Sand...