24 : Berkumpul

25 3 0
                                    

Dari proses pemulihan, Sandra sudah melewatinya di temani oleh Arnes yang selalu ada di sisinya. Mereka berdua sekarang penuh ekspresi, lebih tepatnya kebahagiaan yang memancar di wajah pasangan itu.

Sekarang, adalah jadwal Sandra untuk pulang. Barang-barangnya di kemas oleh Arnes, berjalan berdua menuju mobil yang sudah ada di parkiran.

"Kamu gak kerja?" tanya Sandra. Siang-siang begini tidak mungkin juga Arnes pulang.

"Enggak, kan istri aku ini sekarang pulang. Jadi harus ditemenin terus," jawab Arnes. Mendengar suara Arnes yang berbeda dari pertama mereka tinggal, sungguh membuat Sandra selalu tertawa.

"Kamu lucu," ucap Sandra. Berhenti tepat di samping mobil Arnes.

"Kamu juga lucu ketawa terus."

Mendengar Arnes balik membalasnya, Sandra semakin menahan tawanya. Baru kali ini, dia bisa tersenyum dan tertawa di depan Pria, hanya kepada Arnes untuk yang pertama kalinya. Bahkan dulu, ketika bersama Fahmi, Sandra masih menutup dirinya. Bukan karena hal apapun juga, Sandra hanya menjaga batasannya sebagai seorang muslimah.

"Ayo masuk." Terbukanya pintu mobil oleh Arnes, Sandra pun masuk.

Setelah pengungkapan perasaan oleh Arnes maupun Sandra. Keduanya memutuskan untuk selalu bicara, walaupun keadaan canggung sekalipun. Membuat komitmen berdua, hingga rumah tangga mereka sekarang ada gambaran bagaimana tujuannya, dan bagaimana menjalaninya.

"Semua orang ada di rumah kita," ucap Arnes. Baru memberitahu kepada Sandra ketika diperjalanan pulang sekarang.

Keterkejutan Sandra langsung ditenangkan oleh Arnes dengan memegang tangannya walaupun sedang menyetir.

"Pelan-pelan aja bersikap biasa." Arnes sangat tahu ketakutan Sandra. Istrinya itu takut mengecewakan mereka atas sikapnya yang tidak bisa ikut dalam suasana bahagia maupun lainnya.

"Kalau gitu, kita beli sesuatu dulu," usul Sandra cepat.

"Gak perlu, di rumah pasti banyak makanan. Ibu kamu, mamah aku, pasti mereka masak banyak. Itu semua untuk menyambut kamu, mereka hanya ingin kehadiran kamu," ujar Arnes. Menggenggam erat tangan istrinya.

"Apa aku salah selama ini? salah karena bersikap biasa aja sama situasi apapun?" tanya Sandra. Menurutnya, selama ini dia hanya menjalani sebagai dirinya sendiri. Itu sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, rasa simpati Sandra selalu tertutupi, apalagi kebaikannya.

"Gak salah, mereka juga pasti tahu dan bisa mengerti. Gak selamanya, kita harus menuruti apa yang di mau sama mereka. Jadi diri sendiri aja, Sandra, tapi jangan terlalu egois juga." Setiap kaya yang keluar dari Arnes, selalu membuat Sandra tenang karena intonasinya yang santai.

Beruntungnya Sandra juga, dia memiliki suami yang jauh dari sikap tempramental. Itu sebabnya, Sandra selalu menahan setiap emosionalnya, alih-alih belajar dalam menghadapi orang-orang yang selalu menggunakan emosi ketika berbicara maupun bertindak.

"Oh iya, di rumah juga ada temen kamu, sama beberapa pegawai kamu."

"Nadia? Febri?" tanya Sandra tak percaya.

"Iya, aku yang undang. Gak papa, kan?"

"Makasih." Sandra balik membalas genggaman tangan Arnes. Sandra memang ada yang mau dibicarakan dengan Nadia dan Febri.

[•••••]

"Ustadzah, aku sudah menghafal dua juz Al-Qur'an, loh. Bener kata ustadzah, menghafal itu gampang kalau dibarengi dengan niat yang tulus," ucap santri perempuan. Lewat panggilan Vidio call itu, para santriwati yang diajari olehnya ingin sekali melihat dan mendengar suara Sandra setelah kecelakaan itu terjadi.

I'm With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang