Sandra, dia tidak mau munafik kalau dia sendiri sekarang merasakan sakit hati dan memilih pulang cepat tanpa mau melihat persiapan pernikahan Arnes dan Liana. Bahkan, pernikahan itu diketahui oleh banyak orang, tidak seperti pernikahannya. Seolah, semua akan menunjukkan pada dunia bahwa hanya Arnes dan Liana yang pantas diketahui oleh dunia.
"Kenapa gak bilang? kalau gitu kan aku bisa jemput kamu di bandara," ucap Arnes melihat kedatangan Sandra yang tiba-tiba pulang tanpa memberitahu nya.
"Aku gak mau ngerepotin kamu," ucap Sandra.
Arnes tidak akan berdebat, melihat mata Sandra sembab, jelas terlihat kalau istrinya habis menangis. Perasaan khawatir dan takut Arnes rasakan, apa Sandra sudah mengetahui semuanya.
"K–kamu cape? mau aku masakin apa?" tanya Arnes ragu. Takut Sandra berubah sikap.
"Makanan kesukaan aku," jawab Sandra. "Aku mandi dulu, ya."
"Okeh." Bukan menawarkan jasa memasak saja, Arnes juga membawakan tas dan jaket Sandra untuk ditaruh ke kamar.
Sesudah Arnes menaruh tas dan jaketnya, Sandra menutup pintu kamar. Dia menangis lagi, tidak kuat melihat wajah Arnes. Sandra terlanjur mencintai dan menyayangi Pria itu, hatinya lebih banyak tidak rela kalau melepaskan Arnes atau hatinya akan dibagi dua oleh wanita lain yang tidak lain adiknya sendiri.
Sandra menjatuhkan tubuhnya di dekat ranjang, tangannya terus memukul-mukul dadanya.
Sangat sakit, apa dia bisa bersikap seperti biasa dihadapan Arnes yang akan menjadi suami orang lain.
Sandra akui dan Sandra berikan ucapan hebat kepada Arnes. Sebelum keberangkatan ke umroh, Arnes selalu pulang lambat dan memilih waktu libur untuk menghabiskan diluar. Sandra paham sekarang, suaminya sibuk mempersiapkan pernikahan bersama adiknya.
Kenapa juga Sandra baru tahu, kenapa sikap Arnes menunjukkan seolah semua baik-baik saja. Ini jadinya, Sandra sudah berharap sangat besar dan banyak, sampai dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa hatinya sangat sakit. Sandra ingin marah, meluapkan segala emosinya karena fakta yang baru dia ketahui.
"Sandra, kenapa di kunci?" tanya Arnes setelah mengetuk pintu kamar.
Cepat-cepat, Sandra menghapus air matanya. Suara isak tangisnya dipaksa harus berhenti walau sangat sulit dilakukan.
"Tunggu, Ar. Aku lagi buka baju," jawab Sandra.
"Iya, nanti ke bawah langsung, ya. Kita makan bareng, aku gak mau kamu sakit."
"I–iya," balas Sandra. Dia cepat menutup mulutnya dibantu dengan tangannya.
Sandra harus menghadapi Arnes dahulu. Setelah mandi dan berganti pakaian, Sandra langsung turun. Diam sejenak di kejauhan melihat Arnes yang sibuk menyiapkan makanan di meja makan.
Arnes yang Sandra pikir jodoh selamanya, mungkin sekarang tidak. Suami baik, perhatian itu begitu idaman setiap wanita. Sandra sudah tidak beruntung lagi, dia hanya menikmati kebahagiaan orang lain sesaat untuk bisa bahagia sementara.
"Makanannya banyak banget," ucap Sandra. Dia duduk dan melihat semua hidangan yang Arnes masak.
"Iya, spesial buat kamu. Di kulkas juga aku udah sediakan kue kesukaan kamu rasa coklat sama matcha." Arnes memberikan piring yang sudah dipenuhi nasi dan lauk kepada Sandra.
"Makasih."
"Sama-sama, ayok makan."
Sandra diam dalam makannya, dia memikirkan Arnes yang bahkan tidak menanyakan kegiatan atau kenapa matanya sembab. Sandra bukannya ingin ditanya, tapi aneh saja, karena Arnes biasanya selalu banyak tanya apa yang terlihat jelas di dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You [END]
EspiritualSandra wanita yang sulit mengekspresikan dirinya. Sulit mengeluarkan emosional yang kerapkali dia merasa marah, sedih, dan bahagia. Kepribadiannya yang seperti itu, sangat sulit ditebak oleh siapapun. Apalagi untuk orang didekatnya, yang sudah Sand...