Seminggu lebih Sandra terbaring tanpa ada tanda-tanda apapun. Seminggu juga Arnes selalu menghabiskan waktunya di rumah sakit sesudah sepulang kerja, karena ketika dia bekerja orang tua Sandra atau orang tua Arnes lah yang saling bergantian menjaga.
Sekarang, waktu libur ini Arnes akan terus berada di rumah sakit sepanjang hari. Orang tuanya pulang, orang tua Sandra juga pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Hanya ada Arnes sendiri, tanpa ada siapapun kecuali Sandra yang harus dijaganya.
Segala aktivitas yang Arnes lakukan, terus berada di ruangan Sandra sampai siang ini. Ibadah sholatnya pun, Arnes tak ingin ke mushola rumah sakit, lebih baik di dekat Sandra untuk keadaan seperti ini.
Belum lama Arnes sesudah menyelesaikan sholat zhuhur nya, matanya tak sengaja menangkap jari Sandra yang bergerak ketika dia sedang merapihkan selimut.
"Sandra, hey." Arnes mendekatkan dirinya. Melihat wajah Sandra yang tampak tenang, tapi hatinya sedikit bahagia karena Arnes benar-benar tak salah melihat, kalau Sandra sudah bangun dari komanya.
Lama memerhatikan Sandra, kelopak mata Arnes semakin membesar ketika dia benar-benar melihat Sandra sedikit menggerakkan mata dan jarinya. Arnes langsung memencet tombol di dekat ranjang.
"Sandra, hey, tenang aku ada di sini."
Dari pandangan Sandra, wajah Arnes masih buram, dia tak bisa melihat jelas, dan mulutnya masih belum bisa berkata-kata.
Dokter beserta perawat datang untuk memeriksa keadaan Sandra, dan menyuruh Arnes agar menunggu diluar terlebih dahulu.
Di kala sendirian diluar, Arnes segera menelpon mamahnya untuk kabar gembira ini.
"Assalamualaikum, Mah. Sandra udah siuman," kata Arnes memulai apa yang dia bicarakan.
"Waalaikumussalam. Kamu gak bohong, Nes? beneran Sandra udah siuman? kamu jangan halu, ya!" omel Tian. Dia memang paling tidak suka dipermainkan.
"Enggak, dokter lagi meriksa keadaan Sandra. Sebaiknya mamah telpon Bu Rani juga supaya mereka ke sini," saran Arnes.
"Iya, mamah akan segera ke sana sama orang tua Sandra. Kamu tetap di sana, Ar, jangan pernah ninggalin Sandra!" Pesan Tian kepada anaknya, sebelum para orang tua datang ke rumah sakit.
"Iya."
Arnes tidak bisa diam setelah menelpon mamahnya. Dokter dan perawat masih saja belum keluar, Arnes ingin segera mungkin melihat Sandra.
Ucapan rasa syukur terus Arnes panjatkan kepada yang Maha Kuasa. Ketika di saat-saat seperti ini, semua manusia akan merasakan rasa kebahagiaan dan menyadari kebaikan Tuhan yang mereka yakini masing-masing.
Seperti Arnes, setelah sholat tadi dia begitu khusyuk dalam berdoa untuk kesembuhan Sandra. Apa yang Arnes ceritakan, Allah sudah tahu semuanya, dan apa yang dia rencanakan dan keputusan apa yang Arnes akan buat, Allah sudah mengetahuinya.
Cuman saja, Arnes tidak punya keberanian untuk menjalani rencana dan keputusannya. Terlalu sulit bagi Arnes, hingga perasaannya berubah menjadi bimbang, antara menemui Sandra atau tidak kalau Sandra benar-benar sudah siuman.
[•••••]
Berbahagianya orang tua Sandra ketika melihat senyuman anaknya yang kembali mengembang. Berbahagianya juga orang tua Arnes, yang sudah melihat menantu pertamanya bangun dari koma.
Pemeriksaan oleh dokter sudah dilakukan, Sandra sudah dapat di temui oleh anggota keluarga.
"Pokoknya kamu jangan terlalu lelah, Sandra. Mamah akan buatkan kamu kue matcha kesukaan kamu setiap hari kalau bisa." Tian begitu bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You [END]
SpiritualSandra wanita yang sulit mengekspresikan dirinya. Sulit mengeluarkan emosional yang kerapkali dia merasa marah, sedih, dan bahagia. Kepribadiannya yang seperti itu, sangat sulit ditebak oleh siapapun. Apalagi untuk orang didekatnya, yang sudah Sand...